Rabu, 22 Maret 2017

TQM

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
      Perubahan yang pesat di berbagai bidang kehidupan sosial, ekonomi, teknologi serta perubahan paradigma pendidikan nasional maupun kelembagaan menghendaki institusi pendidikan untuk secara kritis melihat kembali peran dan kinerjanya selama ini. Institusi pendidikan makin banyak mendapatkan tekanan internal dan eksternal untuk meningkatkan daya saing, efektivitas, serta mengoptimalkan peluang kerja sama. Tekanan kepentingan stakeholders juga terkait dengan masalah pelayanan, akuntabilitas, serta transparansi. Kualitas menjadi kepedulian dan mendapat perhatian serius Pemerintah maupun stakeholders yang terkait dengan pendidikan. Beberapa lembaga pendidikan bertindak konkrit dalam upaya perbaikan kualitas melalui penerapan secara konsisten total quality management (TQM) yang bersifat menyeluruh, sistemik, dan berkelanjutan guna menjawab tantangan penyelenggaraan pendidikan berkualitas. Penerapan TQM mensyaratkan adanya budaya, komitmen, dan komunikasi yang baik dalam suatu institusi. Lembaga yang efektif perlu mengembangkan strategi kualitas, karena itu masyarakat pendidikan khususnya tenaga pendidik/pengajar, jajaran pengelola dan pimpinan lembaga pendidikan harus memiliki konsep dan strategi peningkatan mutu pendidikan yang merupakan bagian dari budaya lembaga pendidikan. Dengan demikian budaya peningkatan mutu di setiap lembaga pendidikan bukan sekedar verbalisme yang berbau sloganisme, atau hanya sekedar “budaya musiman”, namun harus diwujudkan melalui suatu proses yang disengaja, direncanakan, diorganisir dan dikendalikan oleh TQM.Berdasarkan hal tersebut kami tertarik untuk membahas mengenai Total Quality Management dalam Pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah munculnya Total Quality Managemen (TQM)?
2.      Apa pengertian TQM (Total Quality Management)?
3.      Apa tujuan TQM dalam Pendidikan?
4.      Apa prinsip TQM secara umum?
5.      Bagaimana manfaat TQM (Total Quality Management)?
6.      Bagaimana penerapan Prinsip TQM dalam Pendidikan?
7.      Bagaimana konsep TQM dalam pendidikan?
8.      Apa faktor- faktor yang mempengaruhi implementasi TQM?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah munculnya Total Quality Managemen (TQM).
2.      Untuk mengetahui pengertian TQM (Total Quality Management).
3.      Untuk mengetahui tujuan TQM dalam pendidikan.
4.      Untuk mengetahui prinsip TQM secara umum.
5.      Untuk mengetahui manfaat TQM (Total Quality Management).
6.      Untuk mengetahui penerapan prinsip TQM dalam pendidikan.
7.      Untuk mengetahui konsep TQM dalam pendidikan.
8.      Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi implementasi TQM.

























BAB II
PEMBAHASAN


A.    Sejarah Munculnya Total Quality Managemen (TQM)
TQM bermula di AS selama PD II, ketika ahli statistik AS W. Edward Deming menolong para insinyur dan teknisi untuk menggunakan teori statistik untuk memperbaiki kualitas produksi. Setelah perang, teorinya banyak diremehkan oleh perusahaan Amerika. Kemudian Deming pergi ke Jepang, dimana dia mengajarkan pemimpin bisnis top pada Statistical Quality Control, mengajarkan mereka dapat membangun negaranya jika mengikuti nasehatnya.
TQM muncul sebagai respon pada kesulitan membaurkan pendekatan kualitas teknis dengan tenaga kerja yang berkembang pesat tak terlatih atau semi terlatih saat dan setelah PD II. Meskipun banyak dari ide tersebut berawal di AS namun sebagian besar perusahaan Jepanglah yang mengimplementasikannya dan memperbaikinya dari 1950-an. Seperti halnya pendekatan kualitas teknis, TQM juga menekankan pada pentingnya input namun mengembangkannya dari kompetensi teknis ke juga termasuk pentingnya motivasi orang dan kemampuannya untuk bekerja dalam tim dalam rangka memecahkan persoalan.
Sebagai tambahan TQM berfokus pada pentingnya proses bisnis yang baik terutama satu pola yang mengurangi hambatan dari batasan internal dan mengerti kebutuhan detail pelanggan sehingga kebutuhan mereka dapat sepenuhnya tercapai. Keperluan-keperluan ini sejauh ini mencapai tahap dimana TQM menjadi pemikiran terbaik sebagai filosofi manajemen umum daripada pendekatan tertentu untuk kualitas. Jadi dapat disimpulkan awal mulanya TQM (Total Quality Management) adalah di dunia bisnis, dan sekarang mulai berkembang di dunia pendidikan.
B.     Pengertian TQM (Total Quality Management)
Dalam hal ini, para ahli dalam mendefinisikan TQM terdapat beberapa perbedaan diantaranya yaitu:
1.   Tobin (1990) mendefinisikan TQM sebagai usaha terintegrasi total untuk mendapatkan manfaat kompetitif dengan cara secara terus-menerus memperbaiki setiap fase budaya organisasional.
2.    F.W. Taylor (1856-1915) Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang merupakan dasar dari pembagian kerja. Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu untuk pekerjaan manual memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah”.
          Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang teori manajemen, yaitu sebagai berikut:
a.       Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam satu hari.
b.      Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya.
c.       Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
d.      Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang telah ditentukan (personal loss). Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja. Dengan demikian, dia memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja.
3.   Witcher (1990) menekankan pada pentingnya aspek-aspek TQM menggunakan penjelasan berikut: Total:Menandakan bahwa setiap orang dalam perusahaan harus dilibatkan (bahkan mungkin pelanggan dan para pemasok), Quality:Mengindikasikan bahwa keperluan-keperluan pelanggan sepenuhnya dipenuhi, dan Management:Menjelaskan bahwa eksekutif senior pun harus komit secara penuh.
4.   Feigenbaum (1991) memberikan definisi yang lebih lengkap dari TQM: “sistem kualitas total dijelaskan sebagai salah satu yang merangkum keseluruhan siklus kepuasan pelanggan dari interpretasi keperluannya terutama pada tahap pemesanan, melalui pasokan produk atau jasa dari harga ekonominya dan pada persepsinya dari produk setelah dia telah menggunakannya sepanjang perioda waktu”.
5.   Definisi TQM menurut BS 4778 adalah : Manajemen Kualitas Total (TQM) adalah konsep dan metoda yang memerlukan komitmen dan keterlibatan pihak manajemen dan seluruh organisasi dalam pengolahan perusahaan untuk memenuhi keinginan atau kepuasan pelanggan secara konsisten. Dalam TQM tidak hanya pihak manajemen yang bertanggungjawab dalam memenuhi keinginan pelanggan, tetapi juga peran secara aktif seluruh anggota dalam organisasi untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkannya (Bennett and Kerr, 1996).
 Total Quality Management (TQM) berasal dari kata "Total" yang berarti keseluruhan atau terpadu, "Quality" yang berarti kualitas, dan "Management" yang telah disamakan dengan manajemen dalam Bahasa Indonesia yang berarti pengelolaan.
Dalam pengertian mengenai TQM, penekanan utama adalah pada kualitas yang didefinisikan dengan mengerjakan segala sesuatu dengan baik sejak awal dengan tujuan untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
TQM juga dapat di artikan sebagai strategimanajemen yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi dari ISO, TQM adalah "suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta masyarakat. "Filosofi dasar dari TQM adalah "sebagai efek dari kepuasan konsumen, sebuah organisasi dapat mengalami kesuksesan."
C.    Tujuan TQM dalam Pendidikan
Tujuan utama TQM dalam bidang pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terus menerus, dan terpadu. Serta merorientasi sistem manajemen, perilaku staf, fokus organisasi dan proses-proses pengadaan pelayanan sehingga lembaga penyedia pelayanan bisa berproduksi lebih baik, pelayanan yang lebih efektif yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan keperluan pelanggan.
TQM juga merupakan suatu filosofi suatu peningkatan yang berkelanjutan, yang dapat dijadikan alat praktis oleh lembaga pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keingian serta harapan pelanggan sekarang dan dimasa yang akan datang. Dalam kaitan ini, seluruh bagian dan sistem lembaga harus saling mendukung dan saling melengkapi. Keberhasilan unit-unit tersebut mempengaruhi keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
D.    Prinsip TQM Secara Umum
Prinsip suatu perusahaan atau organisasi yang berdasarkan kualitas khususnya TQM yaitu :
1.      Semua orang yang ada di dalam perusahaan tersebut tidak boleh menerima, memproses, dan menyerahkan produk cacat kepada pelanggannya.
2.      Dalam konsep TQM yang dimaksud dengan pelanggan adalah bukan hanya yang mengkonsumsi produk akhir, tetapi yang menikmati proses selanjutnya yang merupakan output. Sehingga pelanggan dalam konsep TQM ada pelanggan eksternal, yaitu pelanggan yang mengkonsumsi produk akhir, dan pelanggan internal adalah pelanggan yang menikmati proses selanjutnya.

E.     Manfaat TQM (Total Quality Management)
1.      Perbaikan pelayanan.
2.      Pengurangan biaya dan kepuasan pelanggan.
3.      Perbaikan progresif dalam sistem manajemen dan kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan.
4.      Peningkatan keahlian.
5.      Semangat dan rasa percaya diri di kalangan karyawan.
6.       Perbaikan hubungan antara perusahaan dengan pelanggan.
7.       Peningkatan akuntabilitas dan peningkatan produktifitas.
F.     Penerapan Prinsip TQM dalam Pendidikan
Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada pelanggannya, yaitu mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut. Mereka yang belajar tersebut bisa merupakan mahasiswa/pelajar/murid/peserta belajar yang biasa disebut klien/pelanggan primer (primary external customers). Mereka inilah yang langsung menerima manfaat layanan pendidikan dari lembaga tersebut. Para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan mereka ini kita sebut sebagai pelanggan sekunder (secondary external customers). Pelanggan lainnya yang bersifat tersier adalah lapangan kerja bisa pemerintah maupun masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary external customers). Selain itu, dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu yang berasal dari interen lembaga; mereka itu adalah para guru/dosen/tutor dan tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan (internal customers). Walaupun para para guru/dosen/tutor dan tenaga administrasi, serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam proses pelayanan jasa, tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika dilihat dari hubungan manajemen. Mereka berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena semakin maju dan berkualitas mereka diuntungkan, baik secara kebanggaan maupun finansial.
Seperti disebut diatas bahwa program peningkatan mutu harus berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan suatu lembaga haruslah memperhatikan masing-masing pelanggan diatas. Kepuasan dan kebanggan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan.


G.    Konsep TQM dalam pendidikan
Keberhasilan penerapan TQM dalam dunia usaha atau industri telah dijadikan inspirasi bagi perbaikan kualitas di sektor atau bidang lainnya, termasuk bidang pendidikan. Adopsi TQM di sektor industri, tidak jauh berbeda dengan apa yang diterapkan di bidang pendidikan. TQM masuk dalam bidang pendidikan sekitar tahun 1980 (Supriyanto, 1999:32). Awal mulanya TQM dilaksanakan di perguruan tinggi, dan mulai mengalami perkembangan sekitar tahun 1990 di negara Inggris dan Amerika. Menurut Sallis (2006:73), TQM dalam pendidikan adalah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan masa yang akan datang.
Serupa dengan Sallis, Syafaruddin (2002:36) berpendapat bahwa manajemen mutu pendidikan merupakan aplikasi konsep manajemen mutu yang disesuaikan dengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasa kemanusiaan (pembinaan potensi pelajar) melalui pengembangan pembelajaran berkualitas, agar melahirkan lulusan yang sesuai dengan harapan orangtua, masyarakat, dan pelanggan pendidikan lainnya.
Lebih lanjut, Schargel menegaskan bahwa “total quality education is a process which involves focusing on meeting and exceeding customer expectations, continuous improvement, sharing responsibilities with employees, and reducing scrap and rework” (Syafaruddin, 2002:36). Mutu terpadu dalam pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggungjawab dengan para pegawai, dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali (ulang).
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dikaji, bahwa TQM dalam bidang pendidikan haruslah mengutamakan pemenuhan kebutuhan pelanggan pendidikan dengan cara mengadakan perbaikan secara berkesinambungan terhadap seluruh aspek spesifik yang ada dalam lembaga pendidikan, terutama bidang kurikulum yang terkait dengan kegiatan belajar-mengajar bagi siswa, dengan melibatkan seluruh unsur pimpinan dan staf yang ada dalam suatu lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah.
Melalui karyanya yang berjudul Improving Quality in Education (Syafaruddin, 2002:47) menyatakan bahwa mutu pendidikan adalah suatu evaluasi terhadap proses pendidikan dengan harapan tinggi untuk dicapai dan mengembangkan bakat-bakat para pelanggan pendidikan dalam proses pendidikan. Mutu adalah hal yang esensial sebagai bagian dalam proses pendidikan. Sebagai sebuah yang esensial, maka manajemen mutu terpadu dalam pendidikan haruslah menempatkan pelanggan dan produk.
 Oliver berpendapat, agar dalam bidang pendidikan tercapai kebutuhan pelanggan hari ini dan mendatang, maka diperlukan pengembangan kurikulum secara terus menerus berdasarkan suara hati dari pasar yang diteliti (Syafaruddin, 2002:47). Untuk mengembangkan kurikulum secara terus menerus berdasarkan suara hati dari pasar, maka lembaga pendidikan (sekolah) wajib melakukan survei tentang apa yang dibutuhkan oleh para pelanggan. Pelanggan disini mengacu pada peserta didik, tenaga pendidik atau guru, staf sekolah, serta surveikebutuhan pengguna lulusan sekolah. Setelah ini ditemukan, maka selanjutnya sekolah dapat menetapkan seperangkat rencana pengembangan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pasar kepada siswa dalam proses belajar-mengajar.
Tujuan utama dari TQM yaitu meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan di segala komponen pendidikan secara berkelanjutan dan bertahap. Sedangkan prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan berfokus pada pelanggan pendidikan, peningkatan kualitas melalui proses serta melibatkan seluruh tim yang ada secara menyeluruh. Agar berhasil, implementasi TQM di bidang pendidikan harus juga didukung dengan adanya peningkatan kualitas pendidikan secara berkelanjutan, melalui: kepemimpinan, pendidikan, dan latihan, dukungan struktur, komunikasi, penghargaan dan pengakuan, serta pengukuran.
Dengan demikian TQM dalam pendidikan berkaitan dengan adanya penciptaan budaya kualitas dengan menempatkan pelanggan sebagai fokus utama melalui pelibatan seluruh karyawan dan staf bidang pendidikan serta perbaikan secara terus menerus, demi tercapainya organisasi pendidikan yang bermutu, yang mampu bersaing dan tetap bertahan dalam era perkembangan zaman.
H.    Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Implementasi TQM
1.      Leadership
         Kepemimpinan adalah kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi perilaku orang banyak, agar mau bekerjasama dalam mencapai sesuatu tujuan. Kepemimpinan merupakan salah satu pilar penting dalam TQM, karena organisasi tidak ada artinya tanpa kepemimpinan yang memadai. Prinsip-prinsip tersebut antara lain bahwa pimpinan lembaga pendidikan hendaknya memiliki tekad yang kuat untuk terus menerus memperbaiki mutu, memiliki sikap pelayanan dengan cara membantu orang-orang dalam lembaganya.
2.      Recruitment dan Pelatihan
         Staf yang bertugas harus memiliki kompetensi agar dapat melaksnakan tugasnya dengan baik. Kualitas sistem memerlukan  rincian pemilihan staf, pelatihan, kompetensi dan motivasi serta kebijakan untuk pengembangan karir. Pengembangan staf memerlukan suatu rencana dari lembaga dan analisa proses, disamping sistem monitoring dan evaluasi efektivitas program pelatihan jangka panjang dan jangka pendek yang diperlukan dalam program ini. Staf yang memperoleh pendidikan secara lebih baik dinilai lebih dapat mengambil bagian dalam peningkatan kualitas. rincian pemilihan staf, pelatihan, kompetensi dan motivasi serta kebijakan untuk pengembangan karir. Pengembangan staf memerlukan suatu rencana dari lembaga dan analisa proses, disamping sistem monitoring dan evaluasi efektivitas program pelatihan jangka panjang dan jangka pendek yang diperlukan dalam program ini. Staf yang memperoleh pendidikan secara lebih baik dinilai lebih dapat mengambil bagian dalam peningkatan kualitas.
3.      Sistem Reward
      Lembaga perlu untuk merinci kebijakan yang menyangkut kesempatan yang sama dan metode serta prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan. Kebijakan atas kesempatan yang sama perlu juga diiringi dengan sistem reward (imbalan, penghargaan) yang dapat menjamin rasa keadilan dan memungkinkan staf merasa “aman” berkontribusi secara maksimal untuk lembaga.
4.      Aturan organisasi
         Keberhasilan penerapan TQM dalam lembaga pendidikan lebih banyak disebabkan oleh sistem dan prosedur yang diorganisir dan didesain secara komprehensif dan terintegrasi dalam suatu ketentuan yang disepakati dan dapat dilaksanakan secara konsisten dan terpadu.
5.      Budaya Kerja
         Setiap orang dalam lembaga bekerja sama dalam mendukung proses transformasi dalam suasana saling menghargai, saling mempercayai, saling pengertian dan saling membantu untuk mencapai suatu tujuan. Transformasi budaya kerja merupakan keterpaduan berbagai individu dalam peran-peran secara optimal sesuai dengan keahlian bidang kerja masing-masing guna mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan.








BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Penerapan TQM mensyaratkan adanya budaya, komitmen, dan komunikasi yang baik dalam suatu institusi.TQM juga dapat di artikan sebagai strategimanajemen yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi.Tujuan utama TQM dalam bidang pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terus menerus, dan terpadu. Serta merorientasi sistem manajemen, perilaku staf, fokus organisasi dan proses-proses pengadaan pelayanan sehingga lembaga penyedia pelayanan bisa berproduksi lebih baik, pelayanan yang lebih efektif yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan keperluan pelanggan.
Dengan demikian TQM dalam pendidikan berkaitan dengan adanya penciptaan budaya kualitas dengan menempatkan pelanggan sebagai fokus utama melalui pelibatan seluruh karyawan dan staf bidang pendidikan serta perbaikan secara terus menerus, demi tercapainya organisasi pendidikan yang bermutu, yang mampu bersaing dan tetap bertahan dalam era perkembangan zaman.





DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar