MAKALAH
AKHLAK
TASAWUF
Memahami
Akhlak Tasawuf
Dosen
Drs. Sudadi,
M.Pd.I
Oleh:
1. Rizki Imanudin
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Individu
Program
Studi PAI Fakultas Tarbiyah Kelas D Semester III
INSTITUT
AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
( IAINU ) KEBUMEN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Secara historis akhlak tasawwuf
adalah pemandu perjalanan hidupumat manusia agar selamat dunia dan akhirat, itu
di karenakan Akhlak Tasawwuf merupakan salah satu khazanahintelektual muslim
yang kehadiran nya hingga saatini semakin dirasakan. Tidaklah berlebihan jika
misi utama kerosullan Muhammad saw adalah untukmenyempurnakan akhlak yang
mulia, dan sejarah mencatat bahwa factor pendukung keberhasilan dakwah beliau
itu antara lain karena dukungan akhlak nya yang prima.
Melihat betapa
pentingnya akhlak tasawwuf dalam kehidupan ini tidaklah mengherankan jika
akhlak tasawwuf ditentukan sebagai mata kuliah yang wajib diikuti oleh kita
semua. Sebagai upaya untuk menanggulangi kemerosotan moral yang tengah dialami
bangsa ini. Untuk mengungkap segala permasalahan yang terkait dengan Akhlak
Tasawwuf, kami akan mencoba
menguraikannya dalam makalah yang berjudul “ Pengertian Akhlak Tasawuf, Sejarah
Perkembangan Tasawwuf, dan Fungsi Tasawwuf”.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya,maka dapat dirumuskan sebuah
masalah yakni
1.
Apakah
yang dimaksud dengantasawwuf ?
2.
Apa
sejarah perkembangan tasawuf ?
3.
Menjelaskan
tentang fungsi tasawwuf ?
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF
A.
Pengertian
Tasawuf
Menurut bahasa pengetian tasawuf ada beberapa macam, antara lain:
1.
Tasawuf
berasal dari istilah ahlu suffah, yaitu sekelompok orang dimasa rosulullah yang
hidupnya banyak berdiam di serambi masjid dan mengabdikan hidupnya untuk beribadah
kepada Allah.
2.
Tasawuf
berasal dari kata safa yang artinya bersih atau suci, maksudnya orang-orang
yang menyucikan dirinya dihadapan tuhannya.
3.
Tasawuf
berasal dari kata saff yaitu barisan.
4.
Tasawuf
dinisbatkan kepada orang-orang bani suffah.
5.
Tasawuf
bersal dari kata saufi disamakan dengan kata hikmah yakni kebijaksanaan.
6.
Tasawuf
bearasal dari kata saufanah yaitu, sebangsa buah-bauahan kecil, berbulu yang
tumbuh di padang pasir tanah arab.
7.
Tasawuf
berasal dari kata suf yang artinya bulu domba atau wol.
Dari ketujuh definisi ini yang paling diakui sebagai pengrtian
tasawuf yaitu, suf atau bulu domba meski tidak semua kaum sufi memakai pakaian
wol. Ini pendapat al-kalabazi, Asy-Syuhrawardi dan Al-Qusayri.
Menurut Harun Nasution , di tinjau dari segi bahasa dalam tasawuf
terdapat sejumlah kata atau istilah antara lain:
1.
Safa
(suci), disebut safa (suci) karena kesucian batin kaum sufi dan kebersihan
tindakan dan keikhlasannya.
2.
Saff
(barisan) karena kaum sufi memiliki iman yang kuat, jiwa bersih, ikhlas dan senantiasa
memilih barisan yang paling depan dalam shalat berjamaah.
3.
Theoshophi
(dari bahasa Yunani: theo= Tuhan, shopos= Hikmah); yang artinya hikmah atau
kearifan ketuhanan.
4.
Suffah
(serambi tempat duduk); yaitu serambi Masjid Nabawi di Madinah yang di sediakan
untuk orang-orang yang belum memiliki atau mempnyai tempat tingal dari kalangan
Muhajirin dimasa Rasululloh saw.
5.
Suff
(bulu domba). Hal ini disebabkan karena kaum sufi biasa menggunakan pakaian
dari bulu domba yang kasar, sebagai lambang akan kerendahan hati mereka. Selain
itu juga untuk menghindari sikap sombong di hatinya, menenangkan jiwa serta
meninggalkan usaha-usaha yang bersifat duniawi.
Sedangkan
menurut istilah, tasawuf didefinisikan oleh para ulama sebagai berikut :
1.
Al-
Jauhari berpendapat, tasawuf adalah memasuki segala budi (akhlak) yang bersifat
Suni dan keluar dari budi pekerti yang rendah.
2.
Al
-Junaidi berpendapat tasawuf adalah bahwa yang hak adalah yang mematikanmu dan
hak lah yang menghidupkanmu.
3.
Imam
Ghazali berpendapat bahwa tasawuf adalah budi pekerti.
4.
Muhammad
Amin Al-Kurdi berpendapat bahwa ilmu yang digunakan untuk mencapai tujuan
tasawuf yaitu ilmu syariah, ilmu tariqah, ilmu haqiqah dan ilmu makrifah.
5.
Abu
Yazid Al Bustami ( W. 261 H/ 875 M). Tokoh pencetus teori fana, baqa, dan
ittihad dalam tasawuf meliputi tiga
aspek yaitu kha, ha, dan jim. Kha artinya takhalli yaitu mengosongkan diri dari
perangai yang tercela, sedangkan ha berate tahalli yaitu menghiasi diri dengan
akhlak terpuji dan jim artinya tajalli yaitu mengalami kenyataan ketuhanan.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tasaawuf
adalah melakukan ibadah kepada Allah dengan cara-cara ynag telah dirintis oleh
ulama sufi yang disebut sebagai suluk. Suluk adalah untuk mencapai suatu tujuan yaitu makrifat kepda alam yang
gaib, mendapat keridaan Allah, serta kebahagiaan di akhirat. Atau dapat di
definisikan lebih sederhana lagi bahwa tasawuf adalah ilmu yang mempelajari
usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencarijalan kesucian
dengan makrifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara manusia serta
berpegang teguh pada janji Allah dan
mengikuti syariat dan mencat Rasululloh dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah dan mencapai keridaan-nya.
B.
Asal-Usul Tasawuf
Tasawuf sudah muncul sejak agama
Islam dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Sejarah menunjukan bahwa sebelum beliau
diutus menjadi rasul, beliau telah bertahanus di Gua Hira untuk mencari
ketenangan. Beliau mengasingkan diri dan
membersihkan diri dari godaan dan mensucikan jiwanya serta mencari hakikat
kebenaran yang dapat mengatur.
Menurut Harun Nasution, tasawuf muncul dalam Islam sesudah umat Islam
mempunyai kontak dengan agama Kriten, filsafat Yunani, agama Hindu dan Buddha.
Itu sebabnya muncul anggapan bahwa aliran tasawuf lahir atas pengaruh dari
luar. Namun bila di telusuri, justru banyak ayat dan hadist serta perilaku
Rasululloh saw. Yang sama dengan nilai-nilai yang ada dalam tasawuf.
Pengaruh filsaf Yunani dikatakan
berasal dari pemikiran mistik Pythagores. Dalam filsafatnya, roh manusia adalah
suci dan berasal dari tempat suci, kemudian turun ke dunia materi dan masuk ke
dalam tubuh manusia yang bernafsu. Roh yang pada mulanya suci. Untuk itu ia
harus menyucikan diri dengan memusatkan perhatian pada filsafat serta ilmu
pengetahuan dan melakukan beberapa pantangan.
Filsafat sufi juga
demikian. Roh yang masuk kedalam janin di kandungan ibu berasal dari alam
rohani yang suci, tapi kemudian di pengaruhi oleh hawa nafsu yang terdapat
dalam tubuh manusia. Maka untuk dapat bertemu dengan Tuhan Yang Mah Suci, roh
yang telah kotor itu dibersihkan dulu melalui ibadah yang banyak.
Masih dari filsfat
Yunani, pengaruh itu dikaitkan dengan filsafat emanasi Plotinus. Roh memancar
dari diri tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tapi, sama dengan Phytagoras, dia
berpendapat bahwa roh yang masuk ke dalam tubuh manusia juga kotor, dan tidak
dapat kembali ke Tuhan. Selama masih kotor, ia akan tetap tinggal di bumi
berusaha membersihkan diri melalui reinkarnasi. Kalau sudah bersih, ia dapat
mendekatkan diri dengan Tuhan sampai ke tingkat bersatu dengan Dia di bumi ini.
Paham penyucian diri
melalui reinkarnasi tidak terdapat dalam ajaran tasawuf. Paham itu memang
bertentangan dengan ajaran Al Quran bahwa roh, sesudah tubuh mati tidak akan
kembali ke hidup serupa di bumi. Sesudah berpisah dengan tubuh, roh pergi ke
alam barzah menunggu datangnya hari perhitungan. Tapi konsep Plotinus tentang
bersatunya roh dengan Tuhan di dunia ini, terdapat dalam tasawuf islam yang
biasa disebut dengan istilah Wahdatul Wujud.
Dari agama buddha,
pengaruhnya dikatakan dari konsep nirwana. Nirwana dapat dicapai dengan
meninggalkan dunia, memasuki hidup kontemplasi dan menghancurkan diri.
Sedangkan pengaruh dari agama hindu dikatakan datang dari ajaran bersatunya
Atman dengan Brahman melalui kontemplasi dan menjauhi dunia materi. Dalam
tasawuf terdapat pengalaman ittihad, yaitu persatuan roh manusia dengan roh
Tuhan.
C.
Karakteristik Tasawuf
Tasawuf merupakan
visi langsung terhadap sesuatu, bukan melalui dalil. Orang yang mendapat
pengetahuan ini dianggap berada dalam cahaya Allah di jalan yang bena, karena
mampu melihat sesuatu secara langsug dari hakikatnya. Hal itu menjadi penyebab
tasawuf sukar untuk di ungkapkan dengan kata kata yang mudah dipahami masyarakat
awam. Ia merupaka puncak pengalaman
perjalanan rohani menuju Yang Mutlak. Apalagi pengalaman tasawuf ini juga
merupakan karunia dari tuhan setelah seseorang menempuh penyucian rohani itu
melalui latihan-latihan fisik dan psikis yang berat. Akal sama sekali tidak
mempunyai peranan dalam hal ini.
Berdasarkan obejek dan sasaranya tasawuf
diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu :
1. Tasawuf akhlaqi yaitu tasawuf yag
sangat menekankan nilai-nilai etis (moral).
2. Tasawuf amali yaitu tasawuf yang lebih
mengutamakan kebiasaan beribadah. Tujuanya agar di peroleh penghayatan
spiritual dalam setiap melakukan ibadah.
3. Tasaeuf falsafi yaitu tasawuf yang
menekakan pada masalah-masalah yang metafistik.
Maqomat dalam
tasawuf menurut Abu Nasr As-Sarraj disebutkan secara berurutan, yaitu :
1. Tobat artinya kembali.
Tobat yang dimaksud adalah memohon ampun
kepada Allah sw ayas segala dosa dan kesalahan serta berjanji dengan
sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut, kemudian diikuti
dengan melakukan amal kebajikan.
2. Wara berarti saleh
Maksudnya menghindarkan diri dari
perbuatan dosa atau menjauhi hal hal yang tidak baik dan syubhat. Dalam
pengertian sufi, wara adalah menghindari jauh-jauh dari segala yang di dalamnya
terdapat keraguan-keraguan antara halal dan haram (syubhat).
3. Zuhud artinya tidak ingin terhadap
sesuatu yang bersifat keduniawian.
Orang yang zuhud lebih mengutamakan dan
sangat merindukan kebahagiaan hidup di akhirat yang kekal dari pada mengejar
kehidupan dunia yang fana.
4. Fakir artinya orang yang berhajat,
butuh atau orang miskin.
Menurut kaum sufi, fakir adalah tidak
meminta lebih daripada menjadi haknya, tidak banyak memohon rizki, kecuali
hanya untuk menjalankan kewajiban-kewajiban dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah.
5. Sabar dimaknai menghindarkan diri dari
hal-hal yang bertentangan dengan apa yang dilarang oleh Allah, ia lebih tenang
ketika mendapatkan cobaan dan menampakkan sikap sabar walaupun sebenarnya
berada dalam kefakiran dalam bidang ekonomi. Menurut para sufi sabar terdiri
atas sabar dalam menjalankan perintah Allah, menjauhi larangn-Nya dan sabar
dalam menerima segala cobaan yang ditimpakan-Nya kepadanya.
6. Tawakal adalah penyerahan diri seorang
hamba kepada Allah setelah ada usaha maksimal.
7. Rida artinya rela, suka, atau senang.
Menurut Harun Nasution, rida berarti tidak berusaha, tidak mnentang qada dan
qadar Allah, menerima qada dan qadar dengan senang hati. Mengeluarkan perasaan
benci dari hati sehingga yang tertinggal hanya perasaan senang dan gembira,
merasa senang menerima cobaan, sebagaimana merasa senang menerima nikmat, tidak
meminta surga dari Allah dan tidak meminta dijauhkan dari neraka, serta tidak
merasa kecewa sesudah turunya qada dan qadar.
Perjalanan spiritual
yang dilakukan oleh seorang sufi dalam menemukan hakikat makrifat kadang-kadang
mempunyai kecenderungan yang berbeda, sehingga munculah beberapa tokoh sufi
yang menonjol dalam pengalaman rohani tertentu, seperti
a. Zuhud, tokoh zuhud yang terkenal:
1). Said bin Musayyab (91 H), murid dari
Abu Hurairah r.a.
2). Hasan Bashri (21 H) lahir di Madinah.
3). Sufyan Ats-Tsaury, lahir di kuffah 97
H.
4). Ibrahim bin Adham (w. 165 H) lahir di
Baikh, Persia.
b. Mahabbah, tokohnya bernama Rabiah
Al-Adawiyah (w. 185 H) lahir di Bashrah.
Ia mengabdikan hidupnya dengan salat dan
berzikir sepanjang malam, menurut Rabiah zuhud harus dilandasi mahabbah (rasa
cinta) yang mendalam, kepatuhan kepada Allah bukanlah tujuannya, karena ia
tidak mengharapkan nikmat surga dan tidak takut azab neraka, tetapi ia
mematuhi-Nya karena rindu dan cinta kepada-Nya. Tidak takut azab neraka, tetapi
ia mematuh-Nya karena rindu dan cinta kepada-Nya.
c. Fana dan Baqa (lewat penghancuran
muncullah kekekalan).
Secara bahasa fana artinya sirna, lebur
atu hilang sedang baqa artinya kekal, abadi. Berarti ketika sufi mencapai maqam
ini ia merasa fana yaitu hilangnya sifat-sifat yang tercela dan munculnya sifat
terpuji. Pendapat kaum orientalis, maqom ini dianggap ada persamaan dengan
ajaran agama Hindu tentang nirwana.
d. Ittihad yaitu pengalaman batin akan
kesatuan seorang sufi.
Seorang sufi akan mabuk dalam kenikmatan
bersatu dengan Allah, sehingga muncul kata-kata ana Al-haq. Tokohnya bernama
Abu Yazid Al-Bustami.
e. Halul yaitu bertempatnya sifat
ketuhanan kepada sifat kemanusiaan.
Tokohnya bernama Abu Mansyur Al-Hallaj,
beliau dipandang sebagai sufi kontroversial sehingga harus berahir di tiang
gantungan. Menurutnya tingkat fana yang dicapai oleh para sufi bukan hanya
membawanya kepada ittihad, tetapi lebih jauh lagi yaitu hulul.
f. Wahdatul Wujud, tokohnya bernama Ibnu
Arabi.
Teori ini berpijak dari pandangan behwa
semua wujud hanya memiliki satu realita, realitas tunggal itu adalah Allah swt.
Adapun alam semesta yang serba ganda dan berbilang ini hanyalah wadah
penampakan diri dari nama dan sifat-sifat Allah dalam wujud terbatas.
F. Contoh Perilaku
Tasawuf
Kehidupan pribadi
rosulullah merupakan cermin utama bagi setiapnutama yang ingin mencapai puncak
kesalihan hidup baik secara personal atau sosialnya, hal itu bukan semata-mata
karena apa yang dikatakan atau dilakukan ileh rosulullah merupakan hadits yang
dijadikan sebagai sumber rujukan hukum setelah alquran. Tetapi, karena
moralitas beliau merupakan cerminan atau manifestasi hidup dari Al-Quran
seperti digambarkan oleh aisyah r.a. sehingga kepribadian beliau merupakan
teladan utama bagi muslim
Begitu juga dalam
membangun komunikasi verbal atau (ibadah) Allah. Rosulullah bukan saja
menjadikan ibadah sebagai kewajiban tetapi sebagai satu bentuk keridaan untuk
bertemu sang kholik, sehingga dia tergantung sepenuhnya kepada Allah. Itulah
sebabnya tak jarang beliau sujud sampai bengkak kaki beliau tak lagi beliau
rasakan, dan itu ditegaskan sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah Allah
berikan secara berlimpah kepada beliau seta indahnya berkomunikasi langsung
kepada Allah.
Perilaku hidup
Rasulullah yang hanya mengedepankan dan menempatkan Allah dalam setiap aspek merupakan cerminan dari perilaku
sufistik yang oleh banyak para sahabat dijadikan teladan dalam kehidupan
mereka. Sebagian ulama mengatakan bahwa gambaran perilaku sufistik itu telah
beliau lakukan sebelum menjadi nabi dan rosul yang kemudian mencapai puncaknya
setelah beliau melakukan tahanus/ kontemplasi di gua hiro. Di sini lah, setelah
melalui perenungan yang luas dan mendalam atas besarnya kekuasaan Allah yang di
gambarkan lewat jagat raya dan berbagai venomena yang ditampilkan di muka bumi,
Rasulullah mendapatkan limpahan tetesan kesadaran akan ketakterhinggaan cahaya
ilahiyah.
Pengalaman batiniah
Rasulullah inilah yang oleh para ahli tasawuf digambarkan sebagai contoh
pengembaraan batin untuk sampai pada puncak kesadaran untuk memperoleh
limpahan-limpahan ilham dari cahaya ketuhunan. Yang pada akhirnya merefleksikan
diri dalam totalitas kesadaran sebagai makhluk dan totalitas penghambaan kepada
sang khalik dalam hubungan kerinduan dan kebersahajaan.
Ketika seorang hamba
seluruh dimensi kehidupanya telah dipenuhi oleh cahaya kebenaran maka kehidupan
hanya akan terkonsentrasi untuk sang pencipta. Limpahan materi, jabatan dan
segala jenisnya menjadi tak lagi bermakna. Kehidupan duniawi tak lebih hanyalah
persinggahan untuk mengukir prestasi dalam mempersiapkan diri menghadap dan
bersama sang khalik dalam kehidupan
hakiki di akhirat.
Karenanya, untuk hal
hal yang bersifat duniawi, Rasulullah lebih menampilkan kehidupan sangat
sederhana, hidup dalam kezuhudan, bahkan terkadang memakai pakaian tambalan,
tidak makan dan tidak minum kecuali yang halal dan dalam ukuran yang cukup
untuk sekedar menguatkan fisik. Sementara hari-harinya di lalui hanya untyk
beribadah kepada Allah melalui mujahadah, murokobah, zikir dan shalatullail (
mukasyafah), bermunajat kepada Allah hingga larut malam, sujud hingga kakinya
bengkak, sampai-sampai aisyah r.a. bertanya, " mengapa engkau berbuat
begini ya Rasulullah, sedangkan Allah senantiasa mengampuni dosa-dosamu ?"
beliau menjawab, " apakah engkau tidak ingin agar aku menjadi hamba yang
bersyukur kepada Allah ?". Terlepas dari semua itu yang perlu dipahami
bahwa dengan semua itu beliau telah mencapai indahnya bersama sang kekasih dan
dengan jalan ini pula beliau dapat mencapai hakikat ketuhanan.
Diriwayatkan bahwa
pada suatu hari datanglah jibril pada rasulullah menyampaikan salam Allah dan
bertanya, " Manakah yang engkau suka ya Muhammad, menjadi nabi yang kaya
raya seperti nabi Sulaiman atau menjadi nabi yang miskin seperti nabi Ayub?
" Beliau menjawab, " aku lenih senang kenyang sehari dan lapar sehari.
Jika kenyang aku bersyukur kepada Allah. Jika lapar aku bersabar atas cobaan
Allah."
Kehidupan zuhud ini
selalu beliau anjurkan kepada para sahabatnya, dan dalam doanya beliau meminta,
" ya Allah, jadikanlah aku orang yang fakir dan hidupkanlah bersama para
fakir." Rasulullah juga bersabda " dan zuhudlah terhadap dunia,
supaya Allah mencintaimu. Dan zuhudlah pada apa yang ada di tangan manusia
supaya manusia juga cinta akan dirimu." (HR. Ibnu Majjah, Tabrani dan
Baihaqi).
Dikalangan sahabat,
banyak yang mengikuti perilaku sufistik seperti yang dilakukan rosulullah. Abu
bakar assidiq pernah berkata, " Aku mendapatkan kemuliaan dalam ketakwaan,
kefanaan dalam keagungan dan kerendahan hati. "
Abu Bakar sangat
menjaga perutnya dari makanan yang mengandung unsur subhat, beliau sering
mengganjal perutnya dengan batu agar dapat memuntahkan sesuap makanan yang di
berikan oleh seorang anak yang mengandung unsur haram, sehingga keluarlah isi
perutnya. Lalu beliau berkata " Demi Allah seandainya ia tidak mau keluar
kecuali bersamaku akupun harus mengeluarkannya. Aku mendengar Rasulullah
bersabda, " setiap jasad yang tumbuh dari haram, maka neraka lebih utama
baginya, " karena aku takut apabila ditubuhku tumbuh sesuatu dari satu
suapan ini."
Begitu juga Umar bin
Khattab, tak jarang tampil berkhotbah dihadapan kaum muslim dengan pakaian yang
sangat sederhana yang tak layak untuk seorang khalifah. Seorang khalifah yang
selalu duduk membaur bersama rakyatnya tanpa tempat duduk yang di khususkan,
tidur di mana saja, di atas tikar di rumahnya atau di atas pasir di bawah pohon
kurma, dan makan apa adanya. Dan ketika masyarakat lelap dalam tidur beliau
berjalan berkeliling untuk mengetahui keadaan kaumnya.
Hal yang sama juga
terjadi pada Utsman bin Affan yang hari-harinya dihabiskan untuk beribadah, dan
membaca Al-Quran sehingga Al-Quran tak ubahnya surat dari sang kekasih. Sebagai
saudagar kaya beliau banyak mendermakan hartanya untuk kepentingan agama atau
kepentingan kemanusiaan. Kekayaan duniawiyah mampu ditundukannya dengan sikap
zuhud, sehingga dia tidak di perbudak oleh gemerlapnya materi.
Ali bin Abi Tolib
juga dikenal sebagai sosok yang sangat menjunjung akhlak mulia, sampai-sampai
suatu ketika beliau harus terlambat sholat jamaah hanya karena tidak berani
mendahului seorang nenek yahudi yang berjalan begitu lambatnya. Dikatakan juga
bahwa beliau pernah ditegur Rasulullah karena cepat-cepat pulang setiap selesai
shalat berjamaah, sementara hal itu dilakukanya karena di rumah sang istri
sedang menunggu untuk salat, sementara pakaian yang digunakanya dalah pakaian
satu-satunya yang layak untuk dipakai salat, sehingga beliau harus bergantian
dengan istrinya. Sikap kanaah dan zuhud telah menjadikan beliau dan keluarganya
sosok yang selalu tangguh menghadapi kehidupan dan merasa tidak menderita oleh
kemiskinan atau miskin karena penderitaan. Sedang harinya di habiskan untuk
beribadah dan berjuang di jalan Allah.
Keteladanan seperti
ini juga banyak kita jumpai pada sahabat yang lain, seperti Salman Al-Farisi,
Abi Dzarr Al-Ghiffari, Abdullah ibnu Mas'ud, dan lain-lain. Di Madinah muncul
sahabat-sahabat yang di kenal dengan sebutan Ahlu Suffah, mula-mula mereka
berjumlah sekitar 400 orang tapi berkembang menjadi lebih banyak.
G. Menerapkan Tasawuf
dalam Kehidupan Modern
Persoalan besar yang muncul di
tengah-tengah umat manusia sekarang ini adalah krisis spiritual. Kemajuan ilmu
dan teknologi, dominasi rasionalism, empirisme dan positivisme ternyata membawa
manusia kepada kehidupan modern di mana sekularisme menjadi mentalitas zaman dan
karena itu spiritualisme menjadi suatu tema bagi kehidupan modern.
Dalam sejarah islam
terdapat khazanah spiritualisme yang sangat berharga, yakn sufisme. Ia
berkembang mengikuti dialektika zaman sejak Nabi Muhammad saw sampai sekarang.
Perkembangan sufisme mencerminkan ragamnya pemahaman terhadap akhlak dalam
kehidupan sosial dan ihsan dalam kehidupan spiritual.
Manfaat tasawuf
bukan hanya untuk mengendalikan nilai kerohanian atau lebih dekat kepada Allah
swt. Tetapi juga bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan manusia modern.
Dewasa ini tampak perkembangan yang menyeluruh dalam ilmu tasawuf dalam
hubungan interdisipliner.
Dalam kehidupan
modern tasawuf menjadi obat yang mengatasi krisis kerohanianmanusia modern yang
telah lepas kendali sehingga ia tidak mengenal lagi siapa dirinya, arti dan
tujuan hidupnya. Ketidak jelasan atas nama dan tujuan hidup ini membuat
penderitaan batin. Oleh karena itu, dengan spirirualitas islam akan memberikan
penyegaran dan mengarahkan hidup menjadi lebih baik dan jelas arah tujuannya.
H. Problematika
Masyarakat Modern
Revolusi teknologi
dapat meningkatkan kontrol manusia pada materi, ruang, waktu, menimbulkan
evolusi ekonomi, gaya hidup, dan pola pikir. Kehadiran ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mlahirkan sejumlah problematika masyarakat modern selerti :
1. Disintegrasi ilmu pengetahuan.
Kehidupan modern antara lain ditandai adanya spesialisasi di bidang ilmu
pengetahuan. Masing-masing ilmu
pengetahuan memiliki paradigma (cara pandang)nya sendiri dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Kepribadian yang terpecah ( split
personality), karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan
yang coraknya kering dari nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak, maka
manusianya menjadi pribadi yang terpecah.
3. Penyalahgunaan iptek, sebagai akibat
terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual, maka iptek
telah disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya.
4. Pendangkalan iman, sebagai akibat lain
dari pola pikiran keilmuan tersebut, khususnya ilmu yang hanya mengakui
fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imanya.
5. Pola hubungan materialistik, semangat
persaudaraan dan rasa tolong menolong yang didasari atas materialis.
6. Menghalalkan segala cara, sebagai
akibat lain dari dangkalnya iman, maka menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan.
7. Stres dan frustasi kehidupan yang
demikian kompetitif menyebabkan manusia harus mengerahkan seluruh pikiran,
tenaga dan kemampuanya untuk bekerja tanpa mengenal batas sehingga mengalami
stres dan frustasi.
8. Kehilangan harga diri dan masa
depannya, terdapat sejumlah orang yang terjerumus atau salah memilih jalan
kehidupan, sehingga harus kehilangan harga diri dan masa depanya.
Dengan adanya
bantyan tasawuf ini, maka ilmu pengetahuan yang satu dan yang lainnya tidak
akan berbenturan, karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan. Selain
itu, perasaan beragama yang didukung oleh ilmu pengetahuan itu juga akan
semakin mantap. Hubungan ilmu dengan ketuhanan yang dajarkan agama jelas
sekali. Ilmu mempercepat seseorang sampai ke tujuan, agama menentukan arah yang
dituju. Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungannya dan agama menyesuaikan
dengan jati dirinya. Ilmu hiasan lahir dan agama hiasan batin. Ilmu memberikan
kekuatan dan menerangi jalan dan agama memberi harapan dan dorongan bagi jiwa.
Ilmu menjawab pertanyaan yang dimulai dengan " bagaimana" dan agama
menjawab pertanyaan dengan " mengapa".
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang
dapat membebaskan diri dari pengaruh
kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Alloh
Swt.
Ajaran tasawuf yang benar
adalah yang tidak mengabaikan akhlak terhadap sesama manusia. Jadi, bukan hanya
hubungan dengan vertical dengan tuhan saja yang harus dibina, namun perlu juga
hubungan dengan sesame manusiadengan akhlak yang terpuji. Dalam islam, bahwa
walaupun tujuan hidup harus diarahkan kea lam akhirat, namun setiap muslim
diwajibkan untuk tidak melupakan urusan dunianya. Setiap muslim wajib kerja keras untuk
menikmati rezeki Tuhan yang telah dihalal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar