Minggu, 12 Maret 2017

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF


MAKALAH
AKHLAK TASAWUF
Memahami Akhlak Tasawuf
Dosen
Drs. Sudadi, M.Pd.I


 








Oleh:
1.      Rizki Imanudin

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu
Program Studi PAI Fakultas Tarbiyah Kelas D Semester III


INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
 ( IAINU ) KEBUMEN
2016




BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

Secara historis akhlak tasawwuf adalah pemandu perjalanan hidupumat manusia agar selamat dunia dan akhirat, itu di karenakan Akhlak Tasawwuf merupakan salah satu khazanahintelektual muslim yang kehadiran nya hingga saatini semakin dirasakan. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerosullan Muhammad saw adalah untukmenyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa factor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlak nya yang prima.

            Melihat betapa pentingnya akhlak tasawwuf dalam kehidupan ini tidaklah mengherankan jika akhlak tasawwuf ditentukan sebagai mata kuliah yang wajib diikuti oleh kita semua. Sebagai upaya untuk menanggulangi kemerosotan moral yang tengah dialami bangsa ini. Untuk mengungkap segala permasalahan yang terkait dengan Akhlak Tasawwuf,  kami akan mencoba menguraikannya dalam makalah yang berjudul “ Pengertian Akhlak Tasawuf, Sejarah Perkembangan Tasawwuf, dan Fungsi Tasawwuf”.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya,maka dapat dirumuskan sebuah masalah yakni
1.      Apakah yang dimaksud dengantasawwuf ?
2.      Apa sejarah perkembangan tasawuf ?
3.      Menjelaskan tentang fungsi tasawwuf ?

BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF
A.    Pengertian Tasawuf
Menurut bahasa pengetian tasawuf ada beberapa macam, antara lain:
1.      Tasawuf berasal dari istilah ahlu suffah, yaitu sekelompok orang dimasa rosulullah yang hidupnya banyak berdiam di serambi masjid dan mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.
2.      Tasawuf berasal dari kata safa yang artinya bersih atau suci, maksudnya orang-orang yang menyucikan dirinya dihadapan tuhannya.
3.      Tasawuf berasal dari kata saff yaitu barisan.
4.      Tasawuf dinisbatkan kepada orang-orang bani suffah.
5.      Tasawuf bersal dari kata saufi disamakan dengan kata hikmah yakni kebijaksanaan.
6.      Tasawuf bearasal dari kata saufanah yaitu, sebangsa buah-bauahan kecil, berbulu yang tumbuh di padang pasir tanah arab.
7.      Tasawuf berasal dari kata suf yang artinya bulu domba atau wol.
Dari ketujuh definisi ini yang paling diakui sebagai pengrtian tasawuf yaitu, suf atau bulu domba meski tidak semua kaum sufi memakai pakaian wol. Ini pendapat al-kalabazi, Asy-Syuhrawardi dan Al-Qusayri.
Menurut Harun Nasution , di tinjau dari segi bahasa dalam tasawuf terdapat sejumlah kata atau istilah antara lain:
1.      Safa (suci), disebut safa (suci) karena kesucian batin kaum sufi dan kebersihan tindakan dan keikhlasannya.
2.      Saff (barisan) karena kaum sufi memiliki iman yang kuat, jiwa bersih, ikhlas dan senantiasa memilih barisan yang paling depan dalam shalat berjamaah.
3.      Theoshophi (dari bahasa Yunani: theo= Tuhan, shopos= Hikmah); yang artinya hikmah atau kearifan ketuhanan.
4.      Suffah (serambi tempat duduk); yaitu serambi Masjid Nabawi di Madinah yang di sediakan untuk orang-orang yang belum memiliki atau mempnyai tempat tingal dari kalangan Muhajirin dimasa Rasululloh saw.
5.      Suff (bulu domba). Hal ini disebabkan karena kaum sufi biasa menggunakan pakaian dari bulu domba yang kasar, sebagai lambang akan kerendahan hati mereka. Selain itu juga untuk menghindari sikap sombong di hatinya, menenangkan jiwa serta meninggalkan usaha-usaha yang bersifat duniawi.
Sedangkan menurut istilah, tasawuf didefinisikan oleh para ulama sebagai berikut :
1.      Al- Jauhari berpendapat, tasawuf adalah memasuki segala budi (akhlak) yang bersifat Suni dan keluar dari budi pekerti yang rendah.
2.      Al -Junaidi berpendapat tasawuf adalah bahwa yang hak adalah yang mematikanmu dan hak lah yang menghidupkanmu.
3.      Imam Ghazali berpendapat bahwa tasawuf adalah budi pekerti.
4.      Muhammad Amin Al-Kurdi berpendapat bahwa ilmu yang digunakan untuk mencapai tujuan tasawuf yaitu ilmu syariah, ilmu tariqah, ilmu haqiqah dan ilmu makrifah.
5.      Abu Yazid Al Bustami ( W. 261 H/ 875 M). Tokoh pencetus teori fana, baqa, dan ittihad dalam tasawuf  meliputi tiga aspek yaitu kha, ha, dan jim. Kha artinya takhalli yaitu mengosongkan diri dari perangai yang tercela, sedangkan ha berate tahalli yaitu menghiasi diri dengan akhlak terpuji dan jim artinya tajalli yaitu mengalami kenyataan ketuhanan.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tasaawuf adalah melakukan ibadah kepada Allah dengan cara-cara ynag telah dirintis oleh ulama sufi yang disebut sebagai suluk. Suluk adalah untuk mencapai  suatu tujuan yaitu makrifat kepda alam yang gaib, mendapat keridaan Allah, serta kebahagiaan di akhirat. Atau dapat di definisikan lebih sederhana lagi bahwa tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencarijalan kesucian dengan makrifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara manusia serta berpegang teguh  pada janji Allah dan mengikuti syariat dan mencat Rasululloh dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai keridaan-nya.
B.      Asal-Usul Tasawuf
Tasawuf sudah muncul sejak agama Islam dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Sejarah menunjukan bahwa sebelum beliau diutus menjadi rasul, beliau telah bertahanus di Gua Hira untuk mencari ketenangan. Beliau mengasingkan diri  dan membersihkan diri dari godaan dan mensucikan jiwanya serta mencari hakikat kebenaran yang dapat mengatur.
Menurut Harun Nasution, tasawuf  muncul dalam Islam sesudah umat Islam mempunyai kontak dengan agama Kriten, filsafat Yunani, agama Hindu dan Buddha. Itu sebabnya muncul anggapan bahwa aliran tasawuf lahir atas pengaruh dari luar. Namun bila di telusuri, justru banyak ayat dan hadist serta perilaku Rasululloh saw. Yang sama dengan nilai-nilai yang ada dalam tasawuf.
Pengaruh filsaf Yunani dikatakan berasal dari pemikiran mistik Pythagores. Dalam filsafatnya, roh manusia adalah suci dan berasal dari tempat suci, kemudian turun ke dunia materi dan masuk ke dalam tubuh manusia yang bernafsu. Roh yang pada mulanya suci. Untuk itu ia harus menyucikan diri dengan memusatkan perhatian pada filsafat serta ilmu pengetahuan dan melakukan beberapa pantangan.
Filsafat sufi juga demikian. Roh yang masuk kedalam janin di kandungan ibu berasal dari alam rohani yang suci, tapi kemudian di pengaruhi oleh hawa nafsu yang terdapat dalam tubuh manusia. Maka untuk dapat bertemu dengan Tuhan Yang Mah Suci, roh yang telah kotor itu dibersihkan dulu melalui ibadah yang banyak.
Masih dari filsfat Yunani, pengaruh itu dikaitkan dengan filsafat emanasi Plotinus. Roh memancar dari diri tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tapi, sama dengan Phytagoras, dia berpendapat bahwa roh yang masuk ke dalam tubuh manusia juga kotor, dan tidak dapat kembali ke Tuhan. Selama masih kotor, ia akan tetap tinggal di bumi berusaha membersihkan diri melalui reinkarnasi. Kalau sudah bersih, ia dapat mendekatkan diri dengan Tuhan sampai ke tingkat bersatu dengan Dia di bumi ini.
Paham penyucian diri melalui reinkarnasi tidak terdapat dalam ajaran tasawuf. Paham itu memang bertentangan dengan ajaran Al Quran bahwa roh, sesudah tubuh mati tidak akan kembali ke hidup serupa di bumi. Sesudah berpisah dengan tubuh, roh pergi ke alam barzah menunggu datangnya hari perhitungan. Tapi konsep Plotinus tentang bersatunya roh dengan Tuhan di dunia ini, terdapat dalam tasawuf islam yang biasa disebut dengan istilah Wahdatul Wujud.
Dari agama buddha, pengaruhnya dikatakan dari konsep nirwana. Nirwana dapat dicapai dengan meninggalkan dunia, memasuki hidup kontemplasi dan menghancurkan diri. Sedangkan pengaruh dari agama hindu dikatakan datang dari ajaran bersatunya Atman dengan Brahman melalui kontemplasi dan menjauhi dunia materi. Dalam tasawuf terdapat pengalaman ittihad, yaitu persatuan roh manusia dengan roh Tuhan.
C.     Karakteristik Tasawuf
Tasawuf merupakan visi langsung terhadap sesuatu, bukan melalui dalil. Orang yang mendapat pengetahuan ini dianggap berada dalam cahaya Allah di jalan yang bena, karena mampu melihat sesuatu secara langsug dari hakikatnya. Hal itu menjadi penyebab tasawuf sukar untuk di ungkapkan dengan kata kata yang mudah dipahami masyarakat awam. Ia merupaka  puncak pengalaman perjalanan rohani menuju Yang Mutlak. Apalagi pengalaman tasawuf ini juga merupakan karunia dari tuhan setelah seseorang menempuh penyucian rohani itu melalui latihan-latihan fisik dan psikis yang berat. Akal sama sekali tidak mempunyai peranan dalam hal ini.
Berdasarkan obejek dan sasaranya tasawuf diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu :
1. Tasawuf akhlaqi yaitu tasawuf yag sangat menekankan nilai-nilai etis (moral).
2. Tasawuf amali yaitu tasawuf yang lebih mengutamakan kebiasaan beribadah. Tujuanya agar di peroleh penghayatan spiritual dalam setiap melakukan ibadah.
3. Tasaeuf falsafi yaitu tasawuf yang menekakan pada masalah-masalah yang metafistik.
Maqomat dalam tasawuf menurut Abu Nasr As-Sarraj disebutkan secara berurutan, yaitu :
1. Tobat artinya kembali.
Tobat yang dimaksud adalah memohon ampun kepada Allah sw ayas segala dosa dan kesalahan serta berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut, kemudian diikuti dengan melakukan amal kebajikan.
2. Wara berarti saleh
Maksudnya menghindarkan diri dari perbuatan dosa atau menjauhi hal hal yang tidak baik dan syubhat. Dalam pengertian sufi, wara adalah menghindari jauh-jauh dari segala yang di dalamnya terdapat keraguan-keraguan antara halal dan haram (syubhat).
3. Zuhud artinya tidak ingin terhadap sesuatu yang bersifat keduniawian.
Orang yang zuhud lebih mengutamakan dan sangat merindukan kebahagiaan hidup di akhirat yang kekal dari pada mengejar kehidupan dunia yang fana.
4. Fakir artinya orang yang berhajat, butuh atau orang miskin.
Menurut kaum sufi, fakir adalah tidak meminta lebih daripada menjadi haknya, tidak banyak memohon rizki, kecuali hanya untuk menjalankan kewajiban-kewajiban dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
5. Sabar dimaknai menghindarkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan apa yang dilarang oleh Allah, ia lebih tenang ketika mendapatkan cobaan dan menampakkan sikap sabar walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran dalam bidang ekonomi. Menurut para sufi sabar terdiri atas sabar dalam menjalankan perintah Allah, menjauhi larangn-Nya dan sabar dalam menerima segala cobaan yang ditimpakan-Nya kepadanya.
6. Tawakal adalah penyerahan diri seorang hamba kepada Allah setelah ada usaha maksimal.
7. Rida artinya rela, suka, atau senang. Menurut Harun Nasution, rida berarti tidak berusaha, tidak mnentang qada dan qadar Allah, menerima qada dan qadar dengan senang hati. Mengeluarkan perasaan benci dari hati sehingga yang tertinggal hanya perasaan senang dan gembira, merasa senang menerima cobaan, sebagaimana merasa senang menerima nikmat, tidak meminta surga dari Allah dan tidak meminta dijauhkan dari neraka, serta tidak merasa kecewa sesudah turunya qada dan qadar.
Perjalanan spiritual yang dilakukan oleh seorang sufi dalam menemukan hakikat makrifat kadang-kadang mempunyai kecenderungan yang berbeda, sehingga munculah beberapa tokoh sufi yang menonjol dalam pengalaman rohani tertentu, seperti
a. Zuhud, tokoh zuhud yang terkenal:
1). Said bin Musayyab (91 H), murid dari Abu Hurairah r.a.
2). Hasan Bashri (21 H) lahir di Madinah.
3). Sufyan Ats-Tsaury, lahir di kuffah 97 H.
4). Ibrahim bin Adham (w. 165 H) lahir di Baikh, Persia.
b. Mahabbah, tokohnya bernama Rabiah Al-Adawiyah (w. 185 H) lahir di Bashrah.
Ia mengabdikan hidupnya dengan salat dan berzikir sepanjang malam, menurut Rabiah zuhud harus dilandasi mahabbah (rasa cinta) yang mendalam, kepatuhan kepada Allah bukanlah tujuannya, karena ia tidak mengharapkan nikmat surga dan tidak takut azab neraka, tetapi ia mematuhi-Nya karena rindu dan cinta kepada-Nya. Tidak takut azab neraka, tetapi ia mematuh-Nya karena rindu dan cinta kepada-Nya.
c. Fana dan Baqa (lewat penghancuran muncullah kekekalan).
Secara bahasa fana artinya sirna, lebur atu hilang sedang baqa artinya kekal, abadi. Berarti ketika sufi mencapai maqam ini ia merasa fana yaitu hilangnya sifat-sifat yang tercela dan munculnya sifat terpuji. Pendapat kaum orientalis, maqom ini dianggap ada persamaan dengan ajaran agama Hindu tentang nirwana.
d. Ittihad yaitu pengalaman batin akan kesatuan seorang sufi.
Seorang sufi akan mabuk dalam kenikmatan bersatu dengan Allah, sehingga muncul kata-kata ana Al-haq. Tokohnya bernama Abu Yazid Al-Bustami.
e. Halul yaitu bertempatnya sifat ketuhanan kepada sifat kemanusiaan.
Tokohnya bernama Abu Mansyur Al-Hallaj, beliau dipandang sebagai sufi kontroversial sehingga harus berahir di tiang gantungan. Menurutnya tingkat fana yang dicapai oleh para sufi bukan hanya membawanya kepada ittihad, tetapi lebih jauh lagi yaitu hulul.
f. Wahdatul Wujud, tokohnya bernama Ibnu Arabi.
Teori ini berpijak dari pandangan behwa semua wujud hanya memiliki satu realita, realitas tunggal itu adalah Allah swt. Adapun alam semesta yang serba ganda dan berbilang ini hanyalah wadah penampakan diri dari nama dan sifat-sifat Allah dalam wujud terbatas.
F.      Contoh Perilaku Tasawuf
Kehidupan pribadi rosulullah merupakan cermin utama bagi setiapnutama yang ingin mencapai puncak kesalihan hidup baik secara personal atau sosialnya, hal itu bukan semata-mata karena apa yang dikatakan atau dilakukan ileh rosulullah merupakan hadits yang dijadikan sebagai sumber rujukan hukum setelah alquran. Tetapi, karena moralitas beliau merupakan cerminan atau manifestasi hidup dari Al-Quran seperti digambarkan oleh aisyah r.a. sehingga kepribadian beliau merupakan teladan utama bagi muslim
Begitu juga dalam membangun komunikasi verbal atau (ibadah) Allah. Rosulullah bukan saja menjadikan ibadah sebagai kewajiban tetapi sebagai satu bentuk keridaan untuk bertemu sang kholik, sehingga dia tergantung sepenuhnya kepada Allah. Itulah sebabnya tak jarang beliau sujud sampai bengkak kaki beliau tak lagi beliau rasakan, dan itu ditegaskan sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah Allah berikan secara berlimpah kepada beliau seta indahnya berkomunikasi langsung kepada Allah.
Perilaku hidup Rasulullah yang hanya mengedepankan dan menempatkan Allah dalam setiap   aspek merupakan cerminan dari perilaku sufistik yang oleh banyak para sahabat dijadikan teladan dalam kehidupan mereka. Sebagian ulama mengatakan bahwa gambaran perilaku sufistik itu telah beliau lakukan sebelum menjadi nabi dan rosul yang kemudian mencapai puncaknya setelah beliau melakukan tahanus/ kontemplasi di gua hiro. Di sini lah, setelah melalui perenungan yang luas dan mendalam atas besarnya kekuasaan Allah yang di gambarkan lewat jagat raya dan berbagai venomena yang ditampilkan di muka bumi, Rasulullah mendapatkan limpahan tetesan kesadaran akan ketakterhinggaan cahaya ilahiyah.
Pengalaman batiniah Rasulullah inilah yang oleh para ahli tasawuf digambarkan sebagai contoh pengembaraan batin untuk sampai pada puncak kesadaran untuk memperoleh limpahan-limpahan ilham dari cahaya ketuhunan. Yang pada akhirnya merefleksikan diri dalam totalitas kesadaran sebagai makhluk dan totalitas penghambaan kepada sang khalik dalam hubungan kerinduan dan kebersahajaan.
Ketika seorang hamba seluruh dimensi kehidupanya telah dipenuhi oleh cahaya kebenaran maka kehidupan hanya akan terkonsentrasi untuk sang pencipta. Limpahan materi, jabatan dan segala jenisnya menjadi tak lagi bermakna. Kehidupan duniawi tak lebih hanyalah persinggahan untuk mengukir prestasi dalam mempersiapkan diri menghadap dan bersama sang khalik dalam  kehidupan hakiki di akhirat.
Karenanya, untuk hal hal yang bersifat duniawi, Rasulullah lebih menampilkan kehidupan sangat sederhana, hidup dalam kezuhudan, bahkan terkadang memakai pakaian tambalan, tidak makan dan tidak minum kecuali yang halal dan dalam ukuran yang cukup untuk sekedar menguatkan fisik. Sementara hari-harinya di lalui hanya untyk beribadah kepada Allah melalui mujahadah, murokobah, zikir dan shalatullail ( mukasyafah), bermunajat kepada Allah hingga larut malam, sujud hingga kakinya bengkak, sampai-sampai aisyah r.a. bertanya, " mengapa engkau berbuat begini ya Rasulullah, sedangkan Allah senantiasa mengampuni dosa-dosamu ?" beliau menjawab, " apakah engkau tidak ingin agar aku menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah ?". Terlepas dari semua itu yang perlu dipahami bahwa dengan semua itu beliau telah mencapai indahnya bersama sang kekasih dan dengan jalan ini pula beliau dapat mencapai hakikat ketuhanan.
Diriwayatkan bahwa pada suatu hari datanglah jibril pada rasulullah menyampaikan salam Allah dan bertanya, " Manakah yang engkau suka ya Muhammad, menjadi nabi yang kaya raya seperti nabi Sulaiman atau menjadi nabi yang miskin seperti nabi Ayub? " Beliau menjawab, " aku lenih senang kenyang sehari dan lapar sehari. Jika kenyang aku bersyukur kepada Allah. Jika lapar aku bersabar atas cobaan Allah."
Kehidupan zuhud ini selalu beliau anjurkan kepada para sahabatnya, dan dalam doanya beliau meminta, " ya Allah, jadikanlah aku orang yang fakir dan hidupkanlah bersama para fakir." Rasulullah juga bersabda " dan zuhudlah terhadap dunia, supaya Allah mencintaimu. Dan zuhudlah pada apa yang ada di tangan manusia supaya manusia juga cinta akan dirimu." (HR. Ibnu Majjah, Tabrani dan Baihaqi).
Dikalangan sahabat, banyak yang mengikuti perilaku sufistik seperti yang dilakukan rosulullah. Abu bakar assidiq pernah berkata, " Aku mendapatkan kemuliaan dalam ketakwaan, kefanaan dalam keagungan dan kerendahan hati. "
Abu Bakar sangat menjaga perutnya dari makanan yang mengandung unsur subhat, beliau sering mengganjal perutnya dengan batu agar dapat memuntahkan sesuap makanan yang di berikan oleh seorang anak yang mengandung unsur haram, sehingga keluarlah isi perutnya. Lalu beliau berkata " Demi Allah seandainya ia tidak mau keluar kecuali bersamaku akupun harus mengeluarkannya. Aku mendengar Rasulullah bersabda, " setiap jasad yang tumbuh dari haram, maka neraka lebih utama baginya, " karena aku takut apabila ditubuhku tumbuh sesuatu dari satu suapan ini."
Begitu juga Umar bin Khattab, tak jarang tampil berkhotbah dihadapan kaum muslim dengan pakaian yang sangat sederhana yang tak layak untuk seorang khalifah. Seorang khalifah yang selalu duduk membaur bersama rakyatnya tanpa tempat duduk yang di khususkan, tidur di mana saja, di atas tikar di rumahnya atau di atas pasir di bawah pohon kurma, dan makan apa adanya. Dan ketika masyarakat lelap dalam tidur beliau berjalan berkeliling untuk mengetahui keadaan kaumnya.
Hal yang sama juga terjadi pada Utsman bin Affan yang hari-harinya dihabiskan untuk beribadah, dan membaca Al-Quran sehingga Al-Quran tak ubahnya surat dari sang kekasih. Sebagai saudagar kaya beliau banyak mendermakan hartanya untuk kepentingan agama atau kepentingan kemanusiaan. Kekayaan duniawiyah mampu ditundukannya dengan sikap zuhud, sehingga dia tidak di perbudak oleh gemerlapnya materi.
Ali bin Abi Tolib juga dikenal sebagai sosok yang sangat menjunjung akhlak mulia, sampai-sampai suatu ketika beliau harus terlambat sholat jamaah hanya karena tidak berani mendahului seorang nenek yahudi yang berjalan begitu lambatnya. Dikatakan juga bahwa beliau pernah ditegur Rasulullah karena cepat-cepat pulang setiap selesai shalat berjamaah, sementara hal itu dilakukanya karena di rumah sang istri sedang menunggu untuk salat, sementara pakaian yang digunakanya dalah pakaian satu-satunya yang layak untuk dipakai salat, sehingga beliau harus bergantian dengan istrinya. Sikap kanaah dan zuhud telah menjadikan beliau dan keluarganya sosok yang selalu tangguh menghadapi kehidupan dan merasa tidak menderita oleh kemiskinan atau miskin karena penderitaan. Sedang harinya di habiskan untuk beribadah dan berjuang di jalan Allah.
Keteladanan seperti ini juga banyak kita jumpai pada sahabat yang lain, seperti Salman Al-Farisi, Abi Dzarr Al-Ghiffari, Abdullah ibnu Mas'ud, dan lain-lain. Di Madinah muncul sahabat-sahabat yang di kenal dengan sebutan Ahlu Suffah, mula-mula mereka berjumlah sekitar 400 orang tapi berkembang menjadi lebih banyak.
G.    Menerapkan Tasawuf dalam Kehidupan Modern
Persoalan besar yang muncul di tengah-tengah umat manusia sekarang ini adalah krisis spiritual. Kemajuan ilmu dan teknologi, dominasi rasionalism, empirisme dan positivisme ternyata membawa manusia kepada kehidupan modern di mana sekularisme menjadi mentalitas zaman dan karena itu spiritualisme menjadi suatu tema bagi kehidupan modern.
Dalam sejarah islam terdapat khazanah spiritualisme yang sangat berharga, yakn sufisme. Ia berkembang mengikuti dialektika zaman sejak Nabi Muhammad saw sampai sekarang. Perkembangan sufisme mencerminkan ragamnya pemahaman terhadap akhlak dalam kehidupan sosial dan ihsan dalam kehidupan spiritual.
Manfaat tasawuf bukan hanya untuk mengendalikan nilai kerohanian atau lebih dekat kepada Allah swt. Tetapi juga bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan manusia modern. Dewasa ini tampak perkembangan yang menyeluruh dalam ilmu tasawuf dalam hubungan interdisipliner.
Dalam kehidupan modern tasawuf menjadi obat yang mengatasi krisis kerohanianmanusia modern yang telah lepas kendali sehingga ia tidak mengenal lagi siapa dirinya, arti dan tujuan hidupnya. Ketidak jelasan atas nama dan tujuan hidup ini membuat penderitaan batin. Oleh karena itu, dengan spirirualitas islam akan memberikan penyegaran dan mengarahkan hidup menjadi lebih baik dan jelas arah tujuannya.
H.    Problematika Masyarakat Modern
Revolusi teknologi dapat meningkatkan kontrol manusia pada materi, ruang, waktu, menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, dan pola pikir. Kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah mlahirkan sejumlah problematika masyarakat modern selerti :
1. Disintegrasi ilmu pengetahuan. Kehidupan modern antara lain ditandai adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu  pengetahuan memiliki paradigma (cara pandang)nya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Kepribadian yang terpecah ( split personality), karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering dari nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak, maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah.
3. Penyalahgunaan iptek, sebagai akibat terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual, maka iptek telah disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya.
4. Pendangkalan iman, sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan tersebut, khususnya ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imanya.
5. Pola hubungan materialistik, semangat persaudaraan dan rasa tolong menolong yang didasari atas materialis.
6. Menghalalkan segala cara, sebagai akibat lain dari dangkalnya iman, maka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
7. Stres dan frustasi kehidupan yang demikian kompetitif menyebabkan manusia harus mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuanya untuk bekerja tanpa mengenal batas sehingga mengalami stres dan frustasi.
8. Kehilangan harga diri dan masa depannya, terdapat sejumlah orang yang terjerumus atau salah memilih jalan kehidupan, sehingga harus kehilangan harga diri dan masa depanya.
Dengan adanya bantyan tasawuf ini, maka ilmu pengetahuan yang satu dan yang lainnya tidak akan berbenturan, karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan. Selain itu, perasaan beragama yang didukung oleh ilmu pengetahuan itu juga akan semakin mantap. Hubungan ilmu dengan ketuhanan yang dajarkan agama jelas sekali. Ilmu mempercepat seseorang sampai ke tujuan, agama menentukan arah yang dituju. Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungannya dan agama menyesuaikan dengan jati dirinya. Ilmu hiasan lahir dan agama hiasan batin. Ilmu memberikan kekuatan dan menerangi jalan dan agama memberi harapan dan dorongan bagi jiwa. Ilmu menjawab pertanyaan yang dimulai dengan " bagaimana" dan agama menjawab pertanyaan dengan " mengapa".



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri dari  pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Alloh Swt.
Ajaran tasawuf  yang benar adalah yang tidak mengabaikan akhlak terhadap sesama manusia. Jadi, bukan hanya hubungan dengan vertical dengan tuhan saja yang harus dibina, namun perlu juga hubungan dengan sesame manusiadengan akhlak yang terpuji. Dalam islam, bahwa walaupun tujuan hidup harus diarahkan kea lam akhirat, namun setiap muslim diwajibkan untuk tidak melupakan urusan dunianya.  Setiap muslim wajib kerja keras untuk menikmati rezeki Tuhan yang telah dihalal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar