BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Metode Psikologi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Metode
adalah cara atau jalan. Dalam konteks ilmiah, metode menyangkut masalah cara
kerja yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Berkaitan dengan metode ini, cabang-cabang ilmu mengembangkan
metodologinya (yaitu pengetahuan tentang berbagai cara kerja) yang disesuaikan
dengan objek studi ilmu-ilmu yang bersangkutan. Metodik (yaitu kumpulan metode)
merupakan jalan atau cara yang nantinya akan ditempuh guna lebih mendalami
objek studi.[1]
Suatu
metode bersifat ilmiah, antara lain memiliki ciri-ciri:
1.
Obyektif,
artinya dapat memberikan data atau informasi yang benar sesuai dengan keadaan
objek yang sesungguhnya;
2.
Adekuat, artinya
memadai sesuai dengan masalah dan tujuannya;
3.
Raliable,
artinya dapat dipercaya memberikan informasi yang tepat dan tepat;
4.
Valid, artinya
dapat dipercaya (sahih) sesuai dengan objeknya (kenyataan);
5.
Sistematis,
artinya memberikan data/informasi yang tersusun baik, sehingga memudahkan
penarikan kesimpulan;
6.
Akurat, artinya
memberikan data/informasi dengan teliti.[2]
Psikologi
sesungguhnya memiliki banyak metode, berikut ini adalah beberapa di antaranya.
A.
Metode
Eksperimen
Pada
prinsipnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan
eksperimenter didalam laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Teknik
pelaksanaan metode eksperimen dengan menyesuaikan data yang akan diangkat,
seperti data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika
sedang membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula digunakan untuk mengukur
kecepatan bereaksi seorang peserta didik terhadap stimulus tertentu dalam
proses belajar. Alat utama yang sering digunakan dalam eksperimen pada jurusan
psikologi pendidikan atau fakultas psikologi di berbagai universitas terkemuka
adalah komputer dengan berbagai programnya, seperti program cognitive
psychology test.
Metode
eksperimen bagi para psikolog, termasuk psikolog pendidikan dianggap sebagai
metode pilihan, artinya lebih utama untuk digunakan dalam berbagai risetnya.
Hal itu karena data dan informasi yang dihimpun melalui metode ini, lebih
bersifat definitif (pasti) dan lebih saintifik (ilmiah) apabila dibandingkan
dengan data dan informasi yang dihimpun dengan metode-metode lainnya. Yang
perlu diperhatikan oleh eksperimenter adalah sikap subjektivitas dari subjek
yang diteliti, karena bisa saja subjek menunjukkan perilaku berpura-pura ketika
dilakukan eksperimen. Untuk mengantisipasi munculnya sikap subjektivitas dari
subjek yang diteliti, rancangan eksperimen biasanya dibuat sedemikian rupa,
sehingga seluruh unsur penelitian termasuk penggunaan laboratorium dan subjek
yang akan diteliti benar-benar memenuhi syarat penelitian eksperimental.
B.
Metode Kuesioner
(Angket)
Penggunaan
metode kuesioner dalam riset-riset pendidikan termasuk pendidikan Islam dan
Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, relatif lebih menonjol apabila
dibandingkan dengan penggunaan metode-metode lainnya.
Metode
kuesioner lazim juga disebut metode surat-menyurat (mail survey), karena dalam
pelaksanaan penyebaran dan pengembaliannya sering dikirim ke dan dari responden
melalui jasa pos atau email.
C.
Metode Studi
Kasus
Riset
Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, selain menggunakan metode
eksperimen dan kuesioner, juga bisa menggunakan metode studi kasus. Studi kasus
(case study) dalam kajian psikologi merupakan sebuah metode penelitian yang
digunakan untuk memperoleh gambaran yang terperinci mengenai aspek-aspek
psikologis seorang siswa atau sekelompok
siswa tertentu.
Instrumen
atau alat pengumpul data yang digunakan dalam studi kasus bisa bermacam-macam
terutama yang dapat mengungkapkan variabel yang sukar ditentukan dalam satuan
jumlah tertentu. Oleh karena kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari hasil studi
kasus biasanya sulit dijadikan tolak ukur yang berlaku umum
(digeneralisasikan), studi tersebut sering diikuti dengan investigasi dan
survai lainnya yang berskala lebih besar. Dalam hal subjek yang diteliti, studi
kasus relatif sama dengan metode penyelidikan klinis, yakni hanya terdiri atau
seorang individu atau kelompok kecil individu.
D.
Metode Klinis
Metode
klinis hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atu psikiater. Dalam
metode ini, terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa
serta cara-cara memberi perlakuan pemulihan (psychological treatment) terhadap
kelainan jiwa tersebut.
Dalam
pelaksanaan penggunaan metode klinis, peneliti menyediakan benda-benda dan
memberi tugas-tugas serta pertanyaan-pertanyaan tertentu yang boleh
diselesaikan oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya.
Selanjutnya, setelah data dari hasil penyelidikan pertama diangkat dan diberi
perlakuan khusus, peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk
mendukung data yang dihimpun sebelumnya.
E.
Metode Survei
Survei
adalah suatu metode yang bertujuan mengumpulkan sejumlah besar variabel
mengenai sejumlah besar individu melalui alat pengukur wawancara. Apabila
bermaksaud mengumpulkan data yang relatif terbatas dari sejumlah kasus yang
relatif besar jumlahnya, metode yang bisa digunakan adalah metode survei.
Metode ini lebih menekankan pada penentuan informasi mengenai variabel
ketimbang informasi tentang individu.
Survei
digunakan untuk mengukur berbagai fenomena yang ada. Dalam penelitian seperti
ini, kita tak perlu memperhitungkan hubungan antarvariabel. Tujuan pokok kita
adalah memanfaatkan data yang kita peroleh untuk memecahkan masalah daripada
untuk menguji hipotesis. Pada dasarnya, survei mempunyai dua lingkup, yaitu survei
sensus dan survei sempel. Sensus adalah survei yang meliputi seluruh populasi
yang diinginkan; sedangkan survei sempel adalah survei yang dilakukan hanya
pada sebagian kecil dari suatu populasi.
F.
Metode
Korelasional
Metode
korelasional digunakan untuk meneliti hubungan di antara berbagai variabel.
Dengan kata lain, metode korelasional bermaksud mendeteksi sejauh mana
variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi atau lebih
faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya.
Melalui
metode korelasional, kita bisa memastikan berapa besar yang disebabkan oleh
satu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabel
lain. Kita menggunakan pengukuran korelasi untuk menentukan besarnya arah
hubungan. Dalam metode korelasi ini, kita mengumpulkan dua atau lebih perangkat
nilai dari sebuah sempel peserta, kemudian kita menghitung hubungan
antarperangkat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar