Minggu, 26 Maret 2017

Metode Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.       Metode Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Metode adalah cara atau jalan. Dalam konteks ilmiah, metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Berkaitan dengan metode ini, cabang-cabang ilmu mengembangkan metodologinya (yaitu pengetahuan tentang berbagai cara kerja) yang disesuaikan dengan objek studi ilmu-ilmu yang bersangkutan. Metodik (yaitu kumpulan metode) merupakan jalan atau cara yang nantinya akan ditempuh guna lebih mendalami objek studi.[1]
Suatu metode bersifat ilmiah, antara lain memiliki ciri-ciri:
1.    Obyektif, artinya dapat memberikan data atau informasi yang benar sesuai dengan keadaan objek yang sesungguhnya;
2.    Adekuat, artinya memadai sesuai dengan masalah dan tujuannya;
3.    Raliable, artinya dapat dipercaya memberikan informasi yang tepat dan tepat;
4.    Valid, artinya dapat dipercaya (sahih) sesuai dengan objeknya (kenyataan);
5.    Sistematis, artinya memberikan data/informasi yang tersusun baik, sehingga memudahkan penarikan kesimpulan;
6.    Akurat, artinya memberikan data/informasi dengan teliti.[2]
Psikologi sesungguhnya memiliki banyak metode, berikut ini adalah beberapa di antaranya.
A.       Metode Eksperimen
Pada prinsipnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan eksperimenter didalam laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Teknik pelaksanaan metode eksperimen dengan menyesuaikan data yang akan diangkat, seperti data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula digunakan untuk mengukur kecepatan bereaksi seorang peserta didik terhadap stimulus tertentu dalam proses belajar. Alat utama yang sering digunakan dalam eksperimen pada jurusan psikologi pendidikan atau fakultas psikologi di berbagai universitas terkemuka adalah komputer dengan berbagai programnya, seperti program cognitive psychology test.
Metode eksperimen bagi para psikolog, termasuk psikolog pendidikan dianggap sebagai metode pilihan, artinya lebih utama untuk digunakan dalam berbagai risetnya. Hal itu karena data dan informasi yang dihimpun melalui metode ini, lebih bersifat definitif (pasti) dan lebih saintifik (ilmiah) apabila dibandingkan dengan data dan informasi yang dihimpun dengan metode-metode lainnya. Yang perlu diperhatikan oleh eksperimenter adalah sikap subjektivitas dari subjek yang diteliti, karena bisa saja subjek menunjukkan perilaku berpura-pura ketika dilakukan eksperimen. Untuk mengantisipasi munculnya sikap subjektivitas dari subjek yang diteliti, rancangan eksperimen biasanya dibuat sedemikian rupa, sehingga seluruh unsur penelitian termasuk penggunaan laboratorium dan subjek yang akan diteliti benar-benar memenuhi syarat penelitian eksperimental.



B.        Metode Kuesioner (Angket)
Penggunaan metode kuesioner dalam riset-riset pendidikan termasuk pendidikan Islam dan Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, relatif lebih menonjol apabila dibandingkan dengan penggunaan metode-metode lainnya.
Metode kuesioner lazim juga disebut metode surat-menyurat (mail survey), karena dalam pelaksanaan penyebaran dan pengembaliannya sering dikirim ke dan dari responden melalui jasa pos atau email.
C.        Metode Studi Kasus
Riset Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, selain menggunakan metode eksperimen dan kuesioner, juga bisa menggunakan metode studi kasus. Studi kasus (case study) dalam kajian psikologi merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang terperinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa  atau sekelompok siswa tertentu.
Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan dalam studi kasus bisa bermacam-macam terutama yang dapat mengungkapkan variabel yang sukar ditentukan dalam satuan jumlah tertentu. Oleh karena kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari hasil studi kasus biasanya sulit dijadikan tolak ukur yang berlaku umum (digeneralisasikan), studi tersebut sering diikuti dengan investigasi dan survai lainnya yang berskala lebih besar. Dalam hal subjek yang diteliti, studi kasus relatif sama dengan metode penyelidikan klinis, yakni hanya terdiri atau seorang individu atau kelompok kecil individu.



D.       Metode Klinis
Metode klinis hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atu psikiater. Dalam metode ini, terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan pemulihan (psychological treatment) terhadap kelainan jiwa tersebut.
Dalam pelaksanaan penggunaan metode klinis, peneliti menyediakan benda-benda dan memberi tugas-tugas serta pertanyaan-pertanyaan tertentu yang boleh diselesaikan oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya. Selanjutnya, setelah data dari hasil penyelidikan pertama diangkat dan diberi perlakuan khusus, peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukung data yang dihimpun sebelumnya.
E.        Metode Survei
Survei adalah suatu metode yang bertujuan mengumpulkan sejumlah besar variabel mengenai sejumlah besar individu melalui alat pengukur wawancara. Apabila bermaksaud mengumpulkan data yang relatif terbatas dari sejumlah kasus yang relatif besar jumlahnya, metode yang bisa digunakan adalah metode survei. Metode ini lebih menekankan pada penentuan informasi mengenai variabel ketimbang informasi tentang individu.
Survei digunakan untuk mengukur berbagai fenomena yang ada. Dalam penelitian seperti ini, kita tak perlu memperhitungkan hubungan antarvariabel. Tujuan pokok kita adalah memanfaatkan data yang kita peroleh untuk memecahkan masalah daripada untuk menguji hipotesis. Pada dasarnya, survei mempunyai dua lingkup, yaitu survei sensus dan survei sempel. Sensus adalah survei yang meliputi seluruh populasi yang diinginkan; sedangkan survei sempel adalah survei yang dilakukan hanya pada sebagian kecil dari suatu populasi.
F.         Metode Korelasional
Metode korelasional digunakan untuk meneliti hubungan di antara berbagai variabel. Dengan kata lain, metode korelasional bermaksud mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya.
Melalui metode korelasional, kita bisa memastikan berapa besar yang disebabkan oleh satu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabel lain. Kita menggunakan pengukuran korelasi untuk menentukan besarnya arah hubungan. Dalam metode korelasi ini, kita mengumpulkan dua atau lebih perangkat nilai dari sebuah sempel peserta, kemudian kita menghitung hubungan antarperangkat tersebut.




[1]Sabur Alex Drs.M.si, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia,2003).
[2]Sabur Alex Drs.M.si, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia,2003).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar