Minggu, 12 Maret 2017

Sejarah Peradaban Islam Masuk ke Indonesia.udin frenky


Sejarah Peradaban Islam Masuk ke Indonesia
A.  Proses masuknya islam ke indonesia
1.      Awal masuknya islam ke Indonesia
Sejak penduduk kepuluan nusantara dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi laut lepas. Pada abad awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan pedagangan antara kepulauan nusantara denagn berbahai daerah di Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian para pedagang terutama dari cina dan karena hasil bumi yang di jual disana menarik bagi para pedagang,dan menjadi daerah lintasan penting anatara cina dan india. Bersamaan dengan itu,datag para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tidak hanaya membeli dan menjajakan barang dagangan,tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama islam. Dengan demikian agama islam telah ada di Nusantara ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut,meskipun belum tersebar ke wilayah Indonesia.
      Ketika islam datang di Indonesia berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme,dinamisme,Hindu dan Budha,sudah banyak di anut oleh masyarakat Indonesia,bahkan di beberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak hindu dan budha. Misalnya,kerajaan Kutai di Kalimantan Timur,Kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat,Kerajaan Sriwijaya di Sumatera,dan sebagainya. Biar demikian,islam dating ke wilayah-wilayah tersebut dapat di terima dengan baik,karena islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian,persamaan antara manusia(tidak ada kasta),=hal 45, menghilangkan perbudakan dan memberi kemudahan bagi siapa saja yang memeluknya.
      Ada beberapa teori yang menjelaskan awal masuknya islam ke Wilayah Nusantara menjelaskan bahwa agama islam masuk ke Nusantara di bawa oleh orang-orang Persia. Teori ini di dukung oleh kenyataan bahwa Sumatera bagian Utara (Aceh) terdapat perkumpulan orang Persia sejak abad ke-15.
 Teori pertama ini di kuatkan dengan dasar adanya pengaruh Persia yang jelas dalam kosakata kesusastraan melayu. Kedatangan ulama besar Al Qodhi Amir Sayyid As Syiraji dari Persia di kerajaan Samudra Pasai juga menjadibukti eguat dan peegas teori ini.
      Teori kedua menyatakan bahwa agama islam masuk ke Nusantara berasal dari Negara India. Snouck Hurgronje mengungkapakan bahwa agama slam masuk ke Nusantara berasal dari kota Dakka,India. Sedangkan menurut Pijnappel dan Moquette agama islam masuk ke Nusantara berasl dari Gujjarat dan Malabar,India. Adapun pembawaannya mungkin adalah orang Arab yang telah lam tinggal di Wilayah tersebut. Penggagas teori kedua ini,bedasarkan penelitiannya pada kesamaan mazhab yang di anut oleh kaum muslimin di Nusantara dan Gujjarat.
2.      Cara Masuknya Islam ke Indonesia
Islma masuk ke Indonesia, bukan dengan peperang atau penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama.
a.       Pedagangan
Jalur ini dimungkinkan orang-orang Melayu yang telah lama menjalin hubungan berdagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan islam seperti kerajaan Malaka dan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramelah para ulama dan pedagang Arab dating ke Nusantara.
b.      Kultural
Penyebaran Islam di Indonesia  juga mengunakan media-media kebudayaan. Misalnya Sunnan Kalijaga dengan pengembangan kesenian wayangan. Ia mengembangan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya Jawa sampai sekarang.
c.       Pendidkan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para Dai dan Mubalig yang menyebarkan Islam di seluruh pelosok  Nusantara rata-rata merupakan hasil pendidikan pesantren. Salah satunta Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur merupakan pesantren Sunan Giri.
d.      Kekuasaan Politik
Pnyebaran Islam di Nusantara juga tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para penguasa. Contohnya di Pulau Jawa, kesultanan Demak merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga kerajan-kerajaan islam lainnya di seluruh Nusantara.
e.       Pekawinan
Para pedangan muslim melakukan aktivitas perdagangan dalam waktu yang cukup lama, banyak dari mereka yang tinggal dalam waktu yang cukup lama pada suatu daerah di Nusantara. Keadaan inilah yang mempererat hubungan mereka dengan penduduk pribumi. Hubungan komunikasi yang baik ini tidak jarang diteruskan dengan adanya perkawinan antara putrid kaum pribumi dengan pedagang muslim. Melalui perkawinan inilah terlahir generasi-generasi muslim, lambat taun terbentuk masyarakat muslim dengan adat islam sehingga suatu saat dapat berkembang menjadi kerajaan islam.
f.       Tasawuf
Seorang sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserdahaan. Mereka selalu menghayati kehidupan masyarakat dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para sufi biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu masyarakat  di antaranya ahli dalam menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Mereka juga aktif menyiarkan dan megajarkan ajaran islam. Penyebaran agama Islam dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat. Adapun tokoh sufi masa itu antara lain Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunnan Panggung di Jawa.
B.   Peran Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
Penyebaran Agama Islam dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui politik, sehingga dengannya memberi pengaruh terhadap meluasnya ajaran agama Islam. Sebelum islam dianut secara luas, perkembangan islam mulanya bertempat di kota-kota pelabuhan. Secara berlahan-lahan tapi pasti agama Islam mulai dipeluk para penguasa local. Dari situlah akhirnya terlahir kerajaan kecil berbasis Islam yang dapat terus berkembang dan menyebar lebih jauh keseluruh wilayah.
1.      Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai didirikan pada abad ke-11 oleh Meurah Khair. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertamaka kali di Indonesia. Pendiri dan Raja pertama Kerajaan Samudra Pasai bergelar Maharaja Mahmud Syah ( 1042-1078 ). Penganti Maharaja Mahmud Syah adalah Maharaja Ghiyasyuddin Syah dari Tahun 1133-1155.
Pada masa pemerintahan Samudra Pasai, sismtem pemerintahan kerajaan  berserta kekuatan angkatan perang laut dan drat sudah terstruktur rapi. Kerajaan mengalami kemakmuran, trutama setelah Pelabuhan Pasai dibuka. Hubungan kerajaan Samudra Pasai dan Perlak berjalan Harmonis. Pada masa Pemerintahan  Meurah Silu, beliau memperkokoh hubungan tersebut dengan menikahi putrid Ganggang Sari, Anak Raja Pelak.
Meurah Silu berhasil memperkuat pengaruh Kerajaan Samudra Pasai di pantai timur Aceh dan berkembang menjadi kerajaan perdagangan yang kuat di selat Malaka.
Pada masa Pemerintaahan Sultan Zainal Abidin (1383-1405 ) kekuasaan kerajaan meliputi daerah Kedah di Semenanjung Malaya. Sultan Zainal Abidin  sangat aktif menyebarkan pengaruh islam ke pulau Jawa dan Sulawesi dengan mengirimkan ahli-ahli dakwah, seperti Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak.
2.      Kerajaan Demak
Berdirinya Kerajaan Demak dilatarbelakingi oleh melemahnya pemerintahan Kerajaan Majapahit atas daerah-daerah pesisir utara Jawa. Daerah-daerah pesisir seperti Tuban dari Cirebon sudah mendapat pengaruh Islam . dukungan Daerah-daerah  yang juga merupakan jalur perdagangan yang kuat ini sangat berpengaruh bagi pendiri  Demak sebagai Kerajaan Islam yang merdeka dari Majapahit.
Raden Patah adalah raja pertama Kerajaan Demak. Ia memerintah dari tahun 1500-1518 M. pada masa pemerintahannya agama Islam mengalami Perkembangan pesat. Raden Patah bergelar Senopati jimbun Ngabdurohman Panamahan Palembang Sayidin Panatagama. Pengangkatan Raden Patah sebagai raja Demak dipimpin oleh para wali lainnya. Pada masa pemerintahannya, wilayah kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedatu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan. Pada masa pemerintahannya juga dibangun Masjid Agung Demak yang dibantu oleh para wali dan kerajaan Demak.
Pada masa kerajaan Malaka jatuhke tangan ortugis tahun 1511, Raden Patah merasa kewajiban untuk mebantu. Jatuhnya Kerajaan Malaka berarti putusnya jalur perdagangan nasional. Untuk itu, ia mengirimkan putranya, Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Namun, usahanya tidak berhasil.
Setelah Raden Patah wafat tahun 1518, ia digantikan oleh putranya Pati Unus. Pati Unus hanya memerintah tidak lebih dari tiga tahun. Ia wafat pada tahun 1521 dalam usaha mengusir Portugis dari kerajaan Malaka. Saudaranya, Sutlan Trengono, akhirnya menjadi raja Demak ketiga dan merupakan raja terbesar. Sultan Trenggono berkuasa di kerajaan Demak dari tahun 1521 sampai tahun 1546. Sultan Trenggono dilantik menjadi kerajaan Demak oleh Sunan Gunung Jati. Ia memerintah Demak dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya dan agama islam berkembang lebih luas lagi. Sultan Trenggono mengirim Fatahilallah ke Banten. Dalam perjalanannya ke Banten, Fatahillah singgah ke Cirebon untuk menemui Sunan Gunung Jati. Bersama-sama dengan pasukan Kesultanan Cirebon, Fatahillah kemudian dapat menaklukkan Banten dan Pejajaran.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono pada tahun 1546, Kerjaan Demak Mulai kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan. Perebutan tahta Kerajaan Demak ini terjadi antara Sunan Pratowo denagan Arya Penangsang. Arya Penangsang adalah bupati Jipang (sekarang Bojonegoro) yang merasa lebih berhakatas tahta kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah dengan terbunuhnya Sunan Pratowo oleh Arya Penangsang. Arya Penangsang juga membunuh adik Sunan Pratowo , yaitu Pangeran Hadiri.
Usaha Arya Penangsang menjadi Sutlan Demak di halangi oleh Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggono. Jaka Tingkir mendapat dukungan dari para tetua Demak, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Konflik berdarah ini akhirnya berkembang menjadi Perang Saudara. Dalam pertempuran ini, Arya Penangsang terbunuh sehingga tahta kerajaan Demak jatuh di tangan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir menjadi raja Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Ia kemudian memindahkan pusat kerajaan  Demak ke Pajang. Walaupun sudah menjadi kerajaan baru, kerajaan Pajang masih mengklaim diri sebagai penerus kerajaan Demak.
Sebagai tanda terimakasih kepada Ki Ageng Pemanahan yang telah mendukungnya, Sultan Hadiwijaya memberikan sebuah daerah perdikan (otonom) di Hutan Mentaok. Ki Ageng Pemanahan kemudian menjadikan wilayah sebuah kota baru dengan nama Mataram, dan dia menjadi penguasa di sana dengan gelar Ki Gede Mataram.
Sultan Hadiwijaya tidak digantikan oleh putranya, yakni Pangeran Banawa, melainkan putra Sunan Pratowo, Aria Pangiri. Sementara Pangeran Bantawa sendiri diangkat sebagai penguasa daerah Jipang. Pangeran Banawa kurang puas dengan keputusan ini. Apalagi, Pemerintahan Aria Pangiri di Pajang juga dikelingi oleh para pejabat Kerajaan Demak. Pangeran Banawa kemudian meminta bantuan kepada Sutawijaya, putra Ki Ageng Mataram, untuk merebut kembali tahta Kerajaan Pajang. Akhirnya pada tahun 1588, Sutawijaya dan Pangeran Benawan berhasil merebut kembali tahta.
3.      Kerajaan Mataram
Setelah Kerajaan Demak runtuh, terjdi perebutan kekuasaan antara Jaka Tingkir dan Arya Penangsang. Jaka Tingkir membuat sayembara bahwah baranag siapa yang dapat mengalahkan Arya Penangsang atau dapat membunuhnya, akan diberihadiah tanah di Pati dan Mataram. Ki Pemanahan dan Ki Panjawi yang meupakan abdi prajurit berniat untuk mengikuti sayembara tersebut. Di dalam peperangan akhirnya, putra Ki Ageng Pemanahan yang bernama Danang Sutawijaya berhasil mengalahkan dan mebunuh Arya Penangsang. Kyai juru Martani mengusulkan agar Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi memberetaukan kepada Sultan bahwa merekalah yang membunh Arya Penangsang. Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh tanah di Pati.
Ki Ageng Pemanahan berhasil membangun hutan Mantaok itu menjadi des yang makmur, bahka lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang bersiap bersaing dengan Pajang sebagai atasannya. Setelah Ki Ageng Pemanahan meningal pada tahun1575 ia digantikan putrnya, Danang Wijaya, yang sering juga disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasa. Sutawijaya kemudian berhasil memberontak kepada Pajang.
Setelah Sultan Hadiwijaya wafat ( 1582 ) Sutawijaya mengangkat diri sebagai raja Mataram dengan gelar Penembahan Senopati. Pajang dijadikan salah satu wilayah bagian Mataram  yang beribukota di Kotagede. Senopati berthta sampai wafatnya pada tahun 1601. Selama pemerintahannya boleh dikatakan terus-menerus berperang mendundukan bupati-bupati daerah seperti Ponorogo, Pasuruan, Kediri, Surabaya, yang berturut-turut berhasil direbut. Cirebonpun berada dibawah pengaruhnya. Penembahan Senopati dalam babad dipuji sebagai pembangun Mataram.
C.   Kiprah Ulama Awal di Indonesia
1.      Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri lahir di Sumatra Utara dikenal sebagai tokoh tasawuf dari Aceh. Syeikh Hamzah Fansuri adalah seorang cendikiawan, ulama tasawuf, dan budayawan termuka yang diperkirakan hidup antara pertenghan abad ke-16 sampai abad ke-17 M. nama gelar atau takhallus yang tercantum belakang nama kecilnya memperlihatkan bahwa pendekar Syair dan ilmu Suluk ini berasal dari Fansur, sebutan orang-orang Arab terhadap Bansur, sekarang sebuah kota kecil di pantai barat Sumatra yang terletak antara kota Silboga dan Singkel. Sampai abad ke-16 kota ini merupakan pelabuhan dagang penting yang dikunjungi saudagar dan musafir dan negeri-negeri jauh.  
Hamzah Fansuri mennghasilkan karya tulis yang banyak, akan tetapi karya-karya tulisnya itu bersama karya-karya tulis Syamsuddin Sumatrani, dibumi hangsungkan berdasarkan perintah Sultan Iskandar Sani atau atau Nuruddin ar-Riniri, mufti dan penashat agama di istanah sultan tersebut.
Di antara syair-syair Syeikh Hamzah Fansuri terkumpul dalam buku-buku yang terkenal sebagai kesusastraan Melayu atau Indonesia.
Peranan penting Syaikh Hamzah Fansuri dalam sejarah pemikiran dunia Melayu Nusantara bukan sja karena gagasan tasawufnya, tetapi syir-syairnya yang mencerminkan pergaulan penyair menghadapi realitas dan pengg mbaran spiritualnya. Salah satu karya penting dari Syeikh Hamzah Fansuri adalah Zinat al-Wahidin yang yang ditulis pada akhir abad ke-16 ketika perdebadan sengit antara faham wahdatul wujud sedang berlangsung dengan tegang di Sumatra. Teks ini diyakini oleh para peneliti sbagai kitab keilmuan pertama yang ditulis dalam bahasa Melayu. Syeikh Hamzah Fansuri juga di kenal sebagai seorang pelopor dan pembaharu melalui karya-karya Rubba al-Muhakkikina, Syair Perahu dan Syair Dagang. Kritiknya yang tajam terhadap perilaku politik dan moral raja-raja, para bangsawan dan orang-orang karya menempatkannya sebagai seorang intelektual yang berani pada zamannya.
2.      Syamsuddin as-Sumatrani
Syamsuddin as-Sumatrani berasal dari daerah Sumatra yang saat ini dikenal dengan nama Samudra Pasai. Pada masa pemerintahnya Sayyid Mukammil (1589-1604), Syamsuddin as-Sumatrani sudah menjadi orang kepercayaan sultan Aceh. Syamsuddin as-Sumatrani wafat pada tahun 1039 H atau 1630 M.ia memiliki pengaruh dan peran besar dalam sejarah pembentukan dan pengembangan intelektualitas keislaman di Aceh pada kisaran Abad ke-17 M dan beberapa dasawarsa sebelumnya.
Syamsuddin as-Sumatrani merupakan salah seorang murid dari Hamzah Fansuri. Hal ini terbukti dengan ditemuknnya dua karya tulis Syamsuddin as-Sumatrani yang merupakan ulasan (syarah) terhadap pengajaran Hmazah Fansuri. Kedua karya tulis Syamsuddin as-Sumatrani itu adalah Syarah Ruba’I Hamzah Fansuri dan Syarah Syair Ikan Tongkol.
Walaupun Syekh Nuruddin ar-Raniri adalah musuh paling ketat bagi Syekh Hamzah al-Fansuri dan  Syamsuddin as-Sumatrani, namun dia tetap mengakui keulamaan Syekh Syamsuddin as-Sumatrani, sebagaimana yang beliau tulis dalam sebuah peringatan, “Syahdan pada masa itulah wafat Syekh Syamsuddin ibnu Abdullah as-Sumatrani pada malam Isnin 12 Rajab pada tahun 1039 than (Hijjrah). Adalah Syekh itu alim pada segala ilmu, dan ialah termansyur pengetahuan pada tasawuf dan beberapa kitab yang ditaklifkannya.”
Tentunya ajaran Hamzah Fansuri juga sangat berpengaruh terhadap pemikiran Syamsuddin as-Sumatrani ini. Ia sama dengan Hamzah Fansuri, menganut paham wujudiyah. Bedanya ada pada pemahaman tentang martabat.dalam proses penciptaan Hamzah Fansuri hanya membaginya dengan lima proses, sedangkan Syamsuddin mengembangkannya menjadi tujuh martabat.
Tujuh martabat itu antaranya, pertama martabat ahadiyah ( martabat Dzat Allah Ta’ala, hakikat Allah), kedua martabat wahdah (hakikat Muhammad dan sifat Allah), ketiga martabat wahidiyah (hakikat insane dan Adam ‘alaihi salam beserta keturunannya), keempat martabat alam arwah (martabat hakikat segala nyawa), kelima martabat alam missal (martabat hakikat segalarupa), keenam martabat alam ajsam (martabat hakikat segala tubuh) dan ketujuh martabat alam insane (martabat hakikat segala manusia).
3.      Nurruddin ar-Raniri
Nama lengkapnya, Nurruddin Muhammad bin Ali bin Hasanji al-Hamid atau as-Syafi’I al-Asyary al-Aidrusi ar-Raniri (untuk berikutnya Ar-Raniri). Ia dilahirkan di Ranir (Randir), sebuah kota pelabuhan tua di Pantai Gujarat, sekitar pertengahan kedua abad XVI M. Ibunya seorang keturunan Melayu, sementara ayahnya berasal dari keluarga imigran Hadramaut.
Setelah beberapa tahun mengajar agama dan diangkat sebagai seorang Syekh Tarekat Rifaiyah di India, Ar-Raniri memutuskan merantau ke wilayah Nusantara dengan memilih Aceh diperkirakan pada 31 Mei 1637 M atau bertepatan dengan 6 Muharam 1047 H. Namun. Waktu kedatangan Ar-Raniri di wilayah Aceh itu hingga kini masih diragukan oleh sejumlah pihak. Pertama, jika dilihat dari kemahirannya dalam berbahasa Melayu, sebagaimana ditunjukan dalam kitab-kitabnya, sangat mustahil Ar-Raniri baru ke Aceh pada tahun1637. Karyanya yang berjudul As-Sirat AL-Mustaqim misalnya, kitab tersebut telah disusunya pada tahun 1634 dengan bahasa Melayu yang sangat bagus. Keraguan kedua, jumlah karyanya yang mencapai 29 buku tidak mungkin diselesaikan hanya dalam waktu tujuh tahun selama di Aceh (1637-1644 M). Selain itu, hingga kini belum diketahui secara pasti sebab-sebab yang mendorong dia memilih Aceh. Pilihan ini didugakarena Acehketika itu sedang berkembang menjadi pusat perdagangan, kebudayaan, dan politik serta pusat studi agama Islam di kawasan Asia Tenggara, menggantikan Malaka yang telah jatuh ke tangan Portugis.
Adapun kemungkinan lainnya, Ar-Raniri mengikuti jejek pamannya yang telah tiba di Aceh pada 1588 M. Setelah menetap di Aceh, Ar-Raniri dikenal sebagai seorang ulama dan penulis yang produktif. Ia banyak menulis kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu agama, seperti fiqih, hadist, aqidah, sejarah, filsafat, berbandingan agama, dan lain-lain. Dalam dibang fikih misalnya, bukunya yang terkenal adalah As-Sirat Al-Mustaqim (Jalan Lurus). Buku ini membicarakan berbagai masalah ibadah, antara lain salt, puasa, dan zakat.
Ar-Raniri juga dikenal sebagai ulama yang berjasa dalam menyebarluaskan bahasa Melayu dan sangat populer serta dikenal luas oleh umat islam di kawasan Asia Tenggara. Karya-karynyaa ini telah membuat bahasa Melayu semakin popular dan tersebar luas sebagai lingua france serta menjadi bahasa Islam kedua setelah Bahasa Arab.
D.    Pengaruh Islam terhadap Peradaban Indonesia
Posisi strategi yang dimiliki Indonesia, telah menempatkannya menjadi salah satu pusat perdagangan Internasioanal di kawasan Asia Tenggara. Lalu lintas perdagangan ini jelas memberikan kontribusi social ekonomi bagi wilayah Nusantara. Saudagar-saudagar Muslim baik dari Arab, Persi, India, Cina maupun dari berbagai mancanegara membawa pengaruh buday mereka. Pada akhirnya, kehadiran mereka mempengruhi pola piker, sikap, dn budaya bermasyarakatdi tanah air. Perkembangan ekonomi di Nusantara mengalami perkembangan yang pesat setelah terjalin kontak dagang dengan para saudagar berbagai belahan Negara dunia.   
Dakwah Islam pada awal lebih bertumpu pada usaha para saudagar secara perorangan, namun ketika mereka telah berhasil berkomunikasi dengan para penguasa, dakwah Islam berkembang sangat pesat. Kemajuan dakwah Islam di Nusantara cukup besar. Hal ini disebabkan para adapati atau raja mereka masuk Islam. Karenanya penyebaran agama Islam yang dilakukanoleh para pedagang pada masa berikutnya dilanjutkan oleh para penguasa dan para wali sebagai pemegang kendali pemerintahan.
Kedudukan ulama yang ditugasi sebagai penasehat kerajaan dalam pemerintahan semakin membuat penyebaran agama Islam ke daerah menjadi mudah. Para ulama tersebut mencetak kader-kader dai yang diberi tugas sebagai mubalig di daerah-daerah  yang jauh. Para ulama juga menulis buku-buku dan kitab-kitab, baik dalam ilmu agama ataupun ilmu-ilmu umum. Selanjutnya, karya-karya tersebut dicetak dan disebarluaskan kepada masyarakat sehingga bisa menambah khazanah Ilmu pengetahuan.
Dalam bidang seni arsitektur, pembangunan masjid diutamakan  sebagai rumah ibadah sekaligus pusat kegiatan umat. Banyak masjid masjid didirikan para wali yang mengembangkan gaya arsitektur  yang indah dengan sentuhan etnik dan budaya local. Contohnya, Masjid Agung Banten, Masjid Agung Kudus, Masjid Agung Baiturrahim Aceh dan lain-lain. Keindahan arsitektur maupun ornamennya merupakan khazanah kebudayaan yang harus dijaga kelestariannya.
Dalam bidang seni budaya, para ulama dan mubaligh mampu membangun keharmonisan atau tradisi lama dengan ajaran Islam. Kita mengenal di Tanah Jawa terdapat wayang yang sudah berkembang cerita Hindu Ramayana dan Mahabarata diubah sebagai sarana dakwah para wali dengan mengganti isinya dengan ajaran Islam.
Bidang adat-istiadat yang berkembang di Indonesia banyak terpengaruh oleh peradaban Islam. Diantaranya adalah ucapan salam kepada setiap kaum yang dijumpai atau penggunaanya dalam acara-acara resmi. Demikian pula dalam bidang politik, ketika kerajaan-kerajaan Islam mengalami masa kejayaan, banyak sekali unsure-unsur politik Islam yang mempengaruhi system politik pemerintahan.
E.   Cara Meneladani Tokoh-Tokoh Penyebaran Islam di Indonesia
Berkat jasa para ulama yang cerdas dan dengan cara yang santun, kini ajaran Islam dianut oleh lebih dari 70% penduduk Indonesia. Para ulama tersebut berjunjung dengan penuh keikhlasan dalam berdakwah. Mereka mengembang tugas mulia sebagaimana di sabdakan Nabi Muhammad SAW. Yang menyatakan bahwa para ulama adalah pewaris para nabi dalam tugasnya menyampaikan ajaran dan nilai-nilai kebenaran dari Allah SWT.
Kita sebagia generasi umat Islam akhir zaman harus meneladani kiprah para tokoh penyabar Islam di Indonesia tersebut karena kita merupakan umat Nabi Muhammad yang disebut-sebut Allah sebagi umat terbaik yang memiliki kesanggupan untuk berdakwah amar makruf nahi mungkar. Adapun cara yang kita lakukan untuk meneladani kiprah para tokoh penyebar ajaran islam di bumi Nusantara tersebut antara lain:
1.      Mendukung penyelenggaraan dakwah di lingkungan masyarakat.
2.      Meminta nasihat kepada orang lain tentang hal-hal yang menyangkut urusan agama.
3.      Mengingatkan teman yang melakukan kesalahan.
4.      Belajar tanpa mengenal usia mengenai ilmu agama dan social.
5.      Menyampaikan kebenaran meskipun baru sedikit yang diketahui.
6.      Menciptakan produk-produk kesenian dan kebudayaan yang bernafaskan Islam.
7.      Menghindari perilaku takabur dan keras hati dari menerima kebenaran.
8.      Turut menyelenggarakan amar makruf nahi mungkar.
9.      Mengembangakan teknologi dengan tetap berpegang teguh pada Syariat Islam.
10.  Meraih kesuksesan duniawi tanpa meninggalkan kepentingan ibadah.
11.  Berlaku santun dan bijak kepada setiap orang.
12.  Turut berpartisipasi dalam upaya menyejahterakan umat.






          
  

 

   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar