Sejarah Peradaban Islam Masuk ke Indonesia
A. Proses masuknya islam ke indonesia
1.
Awal
masuknya islam ke Indonesia
Sejak
penduduk kepuluan nusantara dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup
mengarungi laut lepas. Pada abad awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan
pedagangan antara kepulauan nusantara denagn berbahai daerah di Asia Tenggara.
Wilayah Barat Nusantara sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik
perhatian para pedagang terutama dari cina dan karena hasil bumi yang di jual
disana menarik bagi para pedagang,dan menjadi daerah lintasan penting anatara
cina dan india. Bersamaan dengan itu,datag para pedagang yang berasal dari
Timur Tengah. Mereka tidak hanaya membeli dan menjajakan barang dagangan,tetapi
ada juga yang berupaya menyebarkan agama islam. Dengan demikian agama islam
telah ada di Nusantara ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab
tersebut,meskipun belum tersebar ke wilayah Indonesia.
Ketika islam datang di Indonesia berbagai
agama dan kepercayaan seperti animisme,dinamisme,Hindu dan Budha,sudah banyak
di anut oleh masyarakat Indonesia,bahkan di beberapa wilayah kepulauan
Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak hindu dan budha.
Misalnya,kerajaan Kutai di Kalimantan Timur,Kerajaan Taruma Negara di Jawa
Barat,Kerajaan Sriwijaya di Sumatera,dan sebagainya. Biar demikian,islam dating
ke wilayah-wilayah tersebut dapat di terima dengan baik,karena islam datang
dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian,persamaan antara manusia(tidak ada
kasta),=hal 45, menghilangkan perbudakan dan memberi kemudahan bagi siapa saja
yang memeluknya.
Ada beberapa teori yang menjelaskan awal
masuknya islam ke Wilayah Nusantara menjelaskan bahwa agama islam masuk ke
Nusantara di bawa oleh orang-orang Persia. Teori ini di dukung oleh kenyataan
bahwa Sumatera bagian Utara (Aceh) terdapat perkumpulan orang Persia sejak abad
ke-15.
Teori pertama ini di kuatkan dengan dasar
adanya pengaruh Persia yang jelas dalam kosakata kesusastraan melayu.
Kedatangan ulama besar Al Qodhi Amir Sayyid As Syiraji dari Persia di kerajaan
Samudra Pasai juga menjadibukti eguat dan peegas teori ini.
Teori kedua menyatakan bahwa agama islam
masuk ke Nusantara berasal dari Negara India. Snouck Hurgronje mengungkapakan
bahwa agama slam masuk ke Nusantara berasal dari kota Dakka,India. Sedangkan
menurut Pijnappel dan Moquette agama islam masuk ke Nusantara berasl dari
Gujjarat dan Malabar,India. Adapun pembawaannya mungkin adalah orang Arab yang
telah lam tinggal di Wilayah tersebut. Penggagas teori kedua ini,bedasarkan
penelitiannya pada kesamaan mazhab yang di anut oleh kaum muslimin di Nusantara
dan Gujjarat.
2.
Cara
Masuknya Islam ke Indonesia
Islma masuk ke Indonesia, bukan dengan peperang atau penjajahan.
Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan
persuasif berkat kegigihan para ulama.
a.
Pedagangan
Jalur ini dimungkinkan orang-orang Melayu yang telah lama menjalin
hubungan berdagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan islam
seperti kerajaan Malaka dan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramelah para
ulama dan pedagang Arab dating ke Nusantara.
b.
Kultural
Penyebaran Islam di Indonesia
juga mengunakan media-media kebudayaan. Misalnya Sunnan Kalijaga dengan
pengembangan kesenian wayangan. Ia mengembangan wayang kulit, mengisi wayang
yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya.
Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia
khususnya Jawa sampai sekarang.
c.
Pendidkan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling
strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para Dai dan Mubalig yang
menyebarkan Islam di seluruh pelosok
Nusantara rata-rata merupakan hasil pendidikan pesantren. Salah satunta
Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur
merupakan pesantren Sunan Giri.
d.
Kekuasaan
Politik
Pnyebaran Islam di Nusantara juga tidak terlepas dari dukungan yang
kuat dari para penguasa. Contohnya di Pulau Jawa, kesultanan Demak merupakan
pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga
kerajan-kerajaan islam lainnya di seluruh Nusantara.
e.
Pekawinan
Para pedangan muslim melakukan aktivitas perdagangan dalam waktu
yang cukup lama, banyak dari mereka yang tinggal dalam waktu yang cukup lama
pada suatu daerah di Nusantara. Keadaan inilah yang mempererat hubungan mereka
dengan penduduk pribumi. Hubungan komunikasi yang baik ini tidak jarang
diteruskan dengan adanya perkawinan antara putrid kaum pribumi dengan pedagang
muslim. Melalui perkawinan inilah terlahir generasi-generasi muslim, lambat
taun terbentuk masyarakat muslim dengan adat islam sehingga suatu saat dapat berkembang
menjadi kerajaan islam.
f.
Tasawuf
Seorang sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserdahaan. Mereka
selalu menghayati kehidupan masyarakat dan hidup bersama di tengah-tengah
masyarakatnya. Para sufi biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu
masyarakat di antaranya ahli dalam
menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Mereka juga aktif menyiarkan dan
megajarkan ajaran islam. Penyebaran agama Islam dengan mudah dapat diterima
oleh masyarakat. Adapun tokoh sufi masa itu antara lain Hamzah Fansuri di Aceh
dan Sunnan Panggung di Jawa.
B.
Peran
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
Penyebaran Agama Islam dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
melalui politik, sehingga dengannya memberi pengaruh terhadap meluasnya ajaran
agama Islam. Sebelum islam dianut secara luas, perkembangan islam mulanya
bertempat di kota-kota pelabuhan. Secara berlahan-lahan tapi pasti agama Islam
mulai dipeluk para penguasa local. Dari situlah akhirnya terlahir kerajaan
kecil berbasis Islam yang dapat terus berkembang dan menyebar lebih jauh
keseluruh wilayah.
1.
Kerajaan
Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai didirikan pada abad ke-11 oleh Meurah Khair.
Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan ini merupakan
kerajaan Islam pertamaka kali di Indonesia. Pendiri dan Raja pertama Kerajaan
Samudra Pasai bergelar Maharaja Mahmud Syah ( 1042-1078 ). Penganti Maharaja
Mahmud Syah adalah Maharaja Ghiyasyuddin Syah dari Tahun 1133-1155.
Pada masa pemerintahan Samudra Pasai, sismtem pemerintahan
kerajaan berserta kekuatan angkatan
perang laut dan drat sudah terstruktur rapi. Kerajaan mengalami kemakmuran,
trutama setelah Pelabuhan Pasai dibuka. Hubungan kerajaan Samudra Pasai dan
Perlak berjalan Harmonis. Pada masa Pemerintahan Meurah Silu, beliau memperkokoh hubungan
tersebut dengan menikahi putrid Ganggang Sari, Anak Raja Pelak.
Meurah Silu berhasil memperkuat pengaruh Kerajaan Samudra Pasai di
pantai timur Aceh dan berkembang menjadi kerajaan perdagangan yang kuat di
selat Malaka.
Pada masa Pemerintaahan Sultan Zainal Abidin (1383-1405 ) kekuasaan
kerajaan meliputi daerah Kedah di Semenanjung Malaya. Sultan Zainal Abidin sangat aktif menyebarkan pengaruh islam ke
pulau Jawa dan Sulawesi dengan mengirimkan ahli-ahli dakwah, seperti Maulana
Malik Ibrahim dan Maulana Ishak.
2.
Kerajaan
Demak
Berdirinya Kerajaan Demak dilatarbelakingi oleh melemahnya
pemerintahan Kerajaan Majapahit atas daerah-daerah pesisir utara Jawa.
Daerah-daerah pesisir seperti Tuban dari Cirebon sudah mendapat pengaruh Islam
. dukungan Daerah-daerah yang juga
merupakan jalur perdagangan yang kuat ini sangat berpengaruh bagi pendiri Demak sebagai Kerajaan Islam yang merdeka
dari Majapahit.
Raden Patah adalah raja pertama Kerajaan Demak. Ia memerintah dari
tahun 1500-1518 M. pada masa pemerintahannya agama Islam mengalami Perkembangan
pesat. Raden Patah bergelar Senopati jimbun Ngabdurohman Panamahan Palembang
Sayidin Panatagama. Pengangkatan Raden Patah sebagai raja Demak dipimpin oleh para
wali lainnya. Pada masa pemerintahannya, wilayah kerajaan Demak meliputi daerah
Jepara, Tuban, Sedatu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan.
Pada masa pemerintahannya juga dibangun Masjid Agung Demak yang dibantu oleh
para wali dan kerajaan Demak.
Pada masa kerajaan Malaka jatuhke tangan ortugis tahun 1511, Raden
Patah merasa kewajiban untuk mebantu. Jatuhnya Kerajaan Malaka berarti putusnya
jalur perdagangan nasional. Untuk itu, ia mengirimkan putranya, Pati Unus untuk
menyerang Portugis di Malaka. Namun, usahanya tidak berhasil.
Setelah Raden Patah wafat tahun 1518, ia digantikan oleh putranya
Pati Unus. Pati Unus hanya memerintah tidak lebih dari tiga tahun. Ia wafat
pada tahun 1521 dalam usaha mengusir Portugis dari kerajaan Malaka. Saudaranya,
Sutlan Trengono, akhirnya menjadi raja Demak ketiga dan merupakan raja
terbesar. Sultan Trenggono berkuasa di kerajaan Demak dari tahun 1521 sampai
tahun 1546. Sultan Trenggono dilantik menjadi kerajaan Demak oleh Sunan Gunung
Jati. Ia memerintah Demak dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, kerajaan Demak mencapai
puncak kejayaannya dan agama islam berkembang lebih luas lagi. Sultan Trenggono
mengirim Fatahilallah ke Banten. Dalam perjalanannya ke Banten, Fatahillah
singgah ke Cirebon untuk menemui Sunan Gunung Jati. Bersama-sama dengan pasukan
Kesultanan Cirebon, Fatahillah kemudian dapat menaklukkan Banten dan Pejajaran.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono pada tahun 1546, Kerjaan Demak
Mulai kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan. Perebutan tahta Kerajaan
Demak ini terjadi antara Sunan Pratowo denagan Arya Penangsang. Arya Penangsang
adalah bupati Jipang (sekarang Bojonegoro) yang merasa lebih berhakatas tahta
kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah
dengan terbunuhnya Sunan Pratowo oleh Arya Penangsang. Arya Penangsang juga
membunuh adik Sunan Pratowo , yaitu Pangeran Hadiri.
Usaha Arya Penangsang menjadi Sutlan Demak di halangi oleh Jaka
Tingkir, menantu Sultan Trenggono. Jaka Tingkir mendapat dukungan dari para
tetua Demak, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Konflik berdarah ini
akhirnya berkembang menjadi Perang Saudara. Dalam pertempuran ini, Arya
Penangsang terbunuh sehingga tahta kerajaan Demak jatuh di tangan Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir menjadi raja Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Ia
kemudian memindahkan pusat kerajaan
Demak ke Pajang. Walaupun sudah menjadi kerajaan baru, kerajaan Pajang
masih mengklaim diri sebagai penerus kerajaan Demak.
Sebagai tanda terimakasih kepada Ki Ageng Pemanahan yang telah
mendukungnya, Sultan Hadiwijaya memberikan sebuah daerah perdikan (otonom) di
Hutan Mentaok. Ki Ageng Pemanahan kemudian menjadikan wilayah sebuah kota baru
dengan nama Mataram, dan dia menjadi penguasa di sana dengan gelar Ki Gede
Mataram.
Sultan Hadiwijaya tidak digantikan oleh putranya, yakni Pangeran
Banawa, melainkan putra Sunan Pratowo, Aria Pangiri. Sementara Pangeran Bantawa
sendiri diangkat sebagai penguasa daerah Jipang. Pangeran Banawa kurang puas
dengan keputusan ini. Apalagi, Pemerintahan Aria Pangiri di Pajang juga
dikelingi oleh para pejabat Kerajaan Demak. Pangeran Banawa kemudian meminta
bantuan kepada Sutawijaya, putra Ki Ageng Mataram, untuk merebut kembali tahta
Kerajaan Pajang. Akhirnya pada tahun 1588, Sutawijaya dan Pangeran Benawan
berhasil merebut kembali tahta.
3.
Kerajaan
Mataram
Setelah Kerajaan Demak runtuh, terjdi perebutan kekuasaan antara
Jaka Tingkir dan Arya Penangsang. Jaka Tingkir membuat sayembara bahwah baranag
siapa yang dapat mengalahkan Arya Penangsang atau dapat membunuhnya, akan
diberihadiah tanah di Pati dan Mataram. Ki Pemanahan dan Ki Panjawi yang meupakan
abdi prajurit berniat untuk mengikuti sayembara tersebut. Di dalam peperangan
akhirnya, putra Ki Ageng Pemanahan yang bernama Danang Sutawijaya berhasil
mengalahkan dan mebunuh Arya Penangsang. Kyai juru Martani mengusulkan agar Ki
Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi memberetaukan kepada Sultan bahwa merekalah yang
membunh Arya Penangsang. Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di hutan Mentaok
dan Ki Penjawi memperoleh tanah di Pati.
Ki Ageng Pemanahan berhasil membangun hutan Mantaok itu menjadi des
yang makmur, bahka lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang bersiap bersaing
dengan Pajang sebagai atasannya. Setelah Ki Ageng Pemanahan meningal pada
tahun1575 ia digantikan putrnya, Danang Wijaya, yang sering juga disebut
Pangeran Ngabehi Loring Pasa. Sutawijaya kemudian berhasil memberontak kepada
Pajang.
Setelah Sultan Hadiwijaya wafat ( 1582 ) Sutawijaya mengangkat diri
sebagai raja Mataram dengan gelar Penembahan Senopati. Pajang dijadikan salah
satu wilayah bagian Mataram yang
beribukota di Kotagede. Senopati berthta sampai wafatnya pada tahun 1601.
Selama pemerintahannya boleh dikatakan terus-menerus berperang mendundukan
bupati-bupati daerah seperti Ponorogo, Pasuruan, Kediri, Surabaya, yang
berturut-turut berhasil direbut. Cirebonpun berada dibawah pengaruhnya.
Penembahan Senopati dalam babad dipuji sebagai pembangun Mataram.
C.
Kiprah
Ulama Awal di Indonesia
1.
Hamzah
Fansuri
Hamzah Fansuri lahir di Sumatra Utara dikenal sebagai tokoh tasawuf
dari Aceh. Syeikh Hamzah Fansuri adalah seorang cendikiawan, ulama tasawuf, dan
budayawan termuka yang diperkirakan hidup antara pertenghan abad ke-16 sampai
abad ke-17 M. nama gelar atau takhallus yang tercantum belakang nama kecilnya
memperlihatkan bahwa pendekar Syair dan ilmu Suluk ini berasal dari Fansur,
sebutan orang-orang Arab terhadap Bansur, sekarang sebuah kota kecil di pantai
barat Sumatra yang terletak antara kota Silboga dan Singkel. Sampai abad ke-16
kota ini merupakan pelabuhan dagang penting yang dikunjungi saudagar dan
musafir dan negeri-negeri jauh.
Hamzah Fansuri mennghasilkan karya tulis yang banyak, akan tetapi
karya-karya tulisnya itu bersama karya-karya tulis Syamsuddin Sumatrani, dibumi
hangsungkan berdasarkan perintah Sultan Iskandar Sani atau atau Nuruddin
ar-Riniri, mufti dan penashat agama di istanah sultan tersebut.
Di antara syair-syair Syeikh Hamzah Fansuri terkumpul dalam
buku-buku yang terkenal sebagai kesusastraan Melayu atau Indonesia.
Peranan penting Syaikh Hamzah Fansuri dalam sejarah pemikiran dunia
Melayu Nusantara bukan sja karena gagasan tasawufnya, tetapi syir-syairnya yang
mencerminkan pergaulan penyair menghadapi realitas dan pengg mbaran
spiritualnya. Salah satu karya penting dari Syeikh Hamzah Fansuri adalah Zinat
al-Wahidin yang yang ditulis pada akhir abad ke-16 ketika perdebadan sengit
antara faham wahdatul wujud sedang berlangsung dengan tegang di Sumatra. Teks
ini diyakini oleh para peneliti sbagai kitab keilmuan pertama yang ditulis
dalam bahasa Melayu. Syeikh Hamzah Fansuri juga di kenal sebagai seorang
pelopor dan pembaharu melalui karya-karya Rubba al-Muhakkikina, Syair Perahu
dan Syair Dagang. Kritiknya yang tajam terhadap perilaku politik dan moral
raja-raja, para bangsawan dan orang-orang karya menempatkannya sebagai seorang
intelektual yang berani pada zamannya.
2.
Syamsuddin
as-Sumatrani
Syamsuddin as-Sumatrani berasal dari daerah Sumatra yang saat ini
dikenal dengan nama Samudra Pasai. Pada masa pemerintahnya Sayyid Mukammil
(1589-1604), Syamsuddin as-Sumatrani sudah menjadi orang kepercayaan sultan
Aceh. Syamsuddin as-Sumatrani wafat pada tahun 1039 H atau 1630 M.ia memiliki
pengaruh dan peran besar dalam sejarah pembentukan dan pengembangan
intelektualitas keislaman di Aceh pada kisaran Abad ke-17 M dan beberapa
dasawarsa sebelumnya.
Syamsuddin as-Sumatrani merupakan salah seorang murid dari Hamzah
Fansuri. Hal ini terbukti dengan ditemuknnya dua karya tulis Syamsuddin
as-Sumatrani yang merupakan ulasan (syarah) terhadap pengajaran Hmazah Fansuri.
Kedua karya tulis Syamsuddin as-Sumatrani itu adalah Syarah Ruba’I Hamzah
Fansuri dan Syarah Syair Ikan Tongkol.
Walaupun Syekh Nuruddin ar-Raniri adalah musuh paling ketat bagi
Syekh Hamzah al-Fansuri dan Syamsuddin
as-Sumatrani, namun dia tetap mengakui keulamaan Syekh Syamsuddin as-Sumatrani,
sebagaimana yang beliau tulis dalam sebuah peringatan, “Syahdan pada masa
itulah wafat Syekh Syamsuddin ibnu Abdullah as-Sumatrani pada malam Isnin 12
Rajab pada tahun 1039 than (Hijjrah). Adalah Syekh itu alim pada segala ilmu,
dan ialah termansyur pengetahuan pada tasawuf dan beberapa kitab yang
ditaklifkannya.”
Tentunya ajaran Hamzah Fansuri juga sangat berpengaruh terhadap
pemikiran Syamsuddin as-Sumatrani ini. Ia sama dengan Hamzah Fansuri, menganut
paham wujudiyah. Bedanya ada pada pemahaman tentang martabat.dalam proses
penciptaan Hamzah Fansuri hanya membaginya dengan lima proses, sedangkan
Syamsuddin mengembangkannya menjadi tujuh martabat.
Tujuh martabat itu antaranya, pertama martabat ahadiyah ( martabat
Dzat Allah Ta’ala, hakikat Allah), kedua martabat wahdah (hakikat Muhammad dan
sifat Allah), ketiga martabat wahidiyah (hakikat insane dan Adam ‘alaihi salam
beserta keturunannya), keempat martabat alam arwah (martabat hakikat segala
nyawa), kelima martabat alam missal (martabat hakikat segalarupa), keenam
martabat alam ajsam (martabat hakikat segala tubuh) dan ketujuh martabat alam
insane (martabat hakikat segala manusia).
3.
Nurruddin
ar-Raniri
Nama lengkapnya, Nurruddin Muhammad bin Ali bin Hasanji al-Hamid
atau as-Syafi’I al-Asyary al-Aidrusi ar-Raniri (untuk berikutnya Ar-Raniri). Ia
dilahirkan di Ranir (Randir), sebuah kota pelabuhan tua di Pantai Gujarat,
sekitar pertengahan kedua abad XVI M. Ibunya seorang keturunan Melayu,
sementara ayahnya berasal dari keluarga imigran Hadramaut.
Setelah beberapa tahun mengajar agama dan diangkat sebagai seorang
Syekh Tarekat Rifaiyah di India, Ar-Raniri memutuskan merantau ke wilayah
Nusantara dengan memilih Aceh diperkirakan pada 31 Mei 1637 M atau bertepatan
dengan 6 Muharam 1047 H. Namun. Waktu kedatangan Ar-Raniri di wilayah Aceh itu
hingga kini masih diragukan oleh sejumlah pihak. Pertama, jika dilihat dari
kemahirannya dalam berbahasa Melayu, sebagaimana ditunjukan dalam
kitab-kitabnya, sangat mustahil Ar-Raniri baru ke Aceh pada tahun1637. Karyanya
yang berjudul As-Sirat AL-Mustaqim misalnya, kitab tersebut telah disusunya
pada tahun 1634 dengan bahasa Melayu yang sangat bagus. Keraguan kedua, jumlah
karyanya yang mencapai 29 buku tidak mungkin diselesaikan hanya dalam waktu
tujuh tahun selama di Aceh (1637-1644 M). Selain itu, hingga kini belum
diketahui secara pasti sebab-sebab yang mendorong dia memilih Aceh. Pilihan ini
didugakarena Acehketika itu sedang berkembang menjadi pusat perdagangan,
kebudayaan, dan politik serta pusat studi agama Islam di kawasan Asia Tenggara,
menggantikan Malaka yang telah jatuh ke tangan Portugis.
Adapun kemungkinan lainnya, Ar-Raniri mengikuti jejek pamannya yang
telah tiba di Aceh pada 1588 M. Setelah menetap di Aceh, Ar-Raniri dikenal
sebagai seorang ulama dan penulis yang produktif. Ia banyak menulis kitab-kitab
dalam berbagai cabang ilmu agama, seperti fiqih, hadist, aqidah, sejarah,
filsafat, berbandingan agama, dan lain-lain. Dalam dibang fikih misalnya,
bukunya yang terkenal adalah As-Sirat Al-Mustaqim (Jalan Lurus). Buku ini
membicarakan berbagai masalah ibadah, antara lain salt, puasa, dan zakat.
Ar-Raniri juga dikenal sebagai ulama yang berjasa dalam menyebarluaskan
bahasa Melayu dan sangat populer serta dikenal luas oleh umat islam di kawasan
Asia Tenggara. Karya-karynyaa ini telah membuat bahasa Melayu semakin popular
dan tersebar luas sebagai lingua france serta menjadi bahasa Islam kedua
setelah Bahasa Arab.
D.
Pengaruh
Islam terhadap Peradaban Indonesia
Posisi strategi yang dimiliki Indonesia, telah menempatkannya
menjadi salah satu pusat perdagangan Internasioanal di kawasan Asia Tenggara.
Lalu lintas perdagangan ini jelas memberikan kontribusi social ekonomi bagi
wilayah Nusantara. Saudagar-saudagar Muslim baik dari Arab, Persi, India, Cina
maupun dari berbagai mancanegara membawa pengaruh buday mereka. Pada akhirnya,
kehadiran mereka mempengruhi pola piker, sikap, dn budaya bermasyarakatdi tanah
air. Perkembangan ekonomi di Nusantara mengalami perkembangan yang pesat
setelah terjalin kontak dagang dengan para saudagar berbagai belahan Negara
dunia.
Dakwah Islam pada awal lebih bertumpu pada usaha para saudagar
secara perorangan, namun ketika mereka telah berhasil berkomunikasi dengan para
penguasa, dakwah Islam berkembang sangat pesat. Kemajuan dakwah Islam di
Nusantara cukup besar. Hal ini disebabkan para adapati atau raja mereka masuk
Islam. Karenanya penyebaran agama Islam yang dilakukanoleh para pedagang pada
masa berikutnya dilanjutkan oleh para penguasa dan para wali sebagai pemegang
kendali pemerintahan.
Kedudukan ulama yang ditugasi sebagai penasehat kerajaan dalam
pemerintahan semakin membuat penyebaran agama Islam ke daerah menjadi mudah.
Para ulama tersebut mencetak kader-kader dai yang diberi tugas sebagai mubalig
di daerah-daerah yang jauh. Para ulama
juga menulis buku-buku dan kitab-kitab, baik dalam ilmu agama ataupun ilmu-ilmu
umum. Selanjutnya, karya-karya tersebut dicetak dan disebarluaskan kepada
masyarakat sehingga bisa menambah khazanah Ilmu pengetahuan.
Dalam bidang seni arsitektur, pembangunan masjid diutamakan sebagai rumah ibadah sekaligus pusat kegiatan
umat. Banyak masjid masjid didirikan para wali yang mengembangkan gaya
arsitektur yang indah dengan sentuhan
etnik dan budaya local. Contohnya, Masjid Agung Banten, Masjid Agung Kudus,
Masjid Agung Baiturrahim Aceh dan lain-lain. Keindahan arsitektur maupun
ornamennya merupakan khazanah kebudayaan yang harus dijaga kelestariannya.
Dalam bidang seni budaya, para ulama dan mubaligh mampu membangun
keharmonisan atau tradisi lama dengan ajaran Islam. Kita mengenal di Tanah Jawa
terdapat wayang yang sudah berkembang cerita Hindu Ramayana dan Mahabarata
diubah sebagai sarana dakwah para wali dengan mengganti isinya dengan ajaran
Islam.
Bidang adat-istiadat yang berkembang di Indonesia banyak
terpengaruh oleh peradaban Islam. Diantaranya adalah ucapan salam kepada setiap
kaum yang dijumpai atau penggunaanya dalam acara-acara resmi. Demikian pula
dalam bidang politik, ketika kerajaan-kerajaan Islam mengalami masa kejayaan,
banyak sekali unsure-unsur politik Islam yang mempengaruhi system politik
pemerintahan.
E.
Cara
Meneladani Tokoh-Tokoh Penyebaran Islam di Indonesia
Berkat jasa para ulama yang cerdas dan dengan cara yang santun,
kini ajaran Islam dianut oleh lebih dari 70% penduduk Indonesia. Para ulama
tersebut berjunjung dengan penuh keikhlasan dalam berdakwah. Mereka mengembang
tugas mulia sebagaimana di sabdakan Nabi Muhammad SAW. Yang menyatakan bahwa
para ulama adalah pewaris para nabi dalam tugasnya menyampaikan ajaran dan
nilai-nilai kebenaran dari Allah SWT.
Kita sebagia generasi umat Islam akhir zaman harus meneladani
kiprah para tokoh penyabar Islam di Indonesia tersebut karena kita merupakan
umat Nabi Muhammad yang disebut-sebut Allah sebagi umat terbaik yang memiliki
kesanggupan untuk berdakwah amar makruf nahi mungkar. Adapun cara yang kita
lakukan untuk meneladani kiprah para tokoh penyebar ajaran islam di bumi Nusantara
tersebut antara lain:
1.
Mendukung
penyelenggaraan dakwah di lingkungan masyarakat.
2.
Meminta
nasihat kepada orang lain tentang hal-hal yang menyangkut urusan agama.
3.
Mengingatkan
teman yang melakukan kesalahan.
4.
Belajar
tanpa mengenal usia mengenai ilmu agama dan social.
5.
Menyampaikan
kebenaran meskipun baru sedikit yang diketahui.
6.
Menciptakan
produk-produk kesenian dan kebudayaan yang bernafaskan Islam.
7.
Menghindari
perilaku takabur dan keras hati dari menerima kebenaran.
8.
Turut
menyelenggarakan amar makruf nahi mungkar.
9.
Mengembangakan
teknologi dengan tetap berpegang teguh pada Syariat Islam.
10. Meraih kesuksesan duniawi tanpa meninggalkan kepentingan ibadah.
11. Berlaku santun dan bijak kepada setiap orang.
12. Turut berpartisipasi dalam upaya menyejahterakan umat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar